Lima Pekerjaan Rumah Ahok Jelang Musim Hujan

Raja Eben Lumbanrau | CNN Indonesia
Rabu, 31 Agu 2016 08:46 WIB
La Nina di Samudra Pasifik (timur) dan anomali cuaca di Samudra Hindia (barat) memicu efek hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Kemarau basah.
Banjir merendam kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa sore (30/8). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jakarta menyambut musim hujan. Bahaya banjir mulai terlihat. Setelah banjir di kawasan Kemang Sabtu pekan lalu, hujan yang mengguyur Jakarta Selasa sore kemarin (30/8) menimbulkan banjir di sejumlah lokasi.

Genangan air setinggi lebih dari 30 sentimeter terpantau di Jalan Setiabudi Barat depan Kelurahan Setiabudi, Jakarta Selatan; jalan di depan Rumah Sakit Mata Aini Kuningan, Jakarta Selatan; dan di Jalan Wilayah Pejompongan, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

Di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, ruas busway digenangi air yang menghambat lalu lintas bus TransJakarta. Sementara di ruas Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, pohon tumbang merintangi jalur bus TransJakarta akibat angin kencang. Arus transportasi publik pun terganggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabtu pekan lalu (27/8), banjir terkonsentrasi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat, terdapat 39 Rukun Warga di 15 kelurahan, serta 8 kecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang terendam banjir. Sebanyak 10.538 kepala keluarga atau 31.622 jiwa terdampak langsung oleh banjir.

"Daerah yang paling parah terendam banjir adalah di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru yang terendam banjir setinggi 90-100 sentimeter," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho beberapa waktu lalu.

Dua kejadian ini memunculkan pertanyaan di benak publik: apakah Jakarta siap menghadapi hujan dan banjir pada akhir tahun ini?
Pakar tata kota Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, dua kejadian tersebut menjadi ujian awal bagi Pemerintah Provinsi Jakarta di bawah komando Basuki Tjahaja Purnama menghadapi musim hujan. Namun, dalam ujian tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ia nilai telah gagal sehingga harus menyampaikan permintaan maaf ke masyarakat Jakarta.

"Ahok harus mengakui (gagal) dan meminta maaf dari sekarang karena masih banyak kekurangan (dalam mengatasi banjir)," kata Nirwono kepada CNNIndonesia.com, Selasa (30/8).

Joga menganggap Pemprov DKI Jakarta belum siap menghadapi potensi banjir pada musim hujan tahun ini. Guna mengantisipasi kegagalan berikutnya, menurut Joga, Ahok harus menyelesaikan lima pekerjaan rumah yang belum tuntas. PR tersebut bisa dikerjakan mulai sekarang untuk meredam bahaya banjir yang berpotensi besar muncul pada akhir tahun.

Pertama, banjir kemarin sore di pusat Jakarta terjadi karena buruknya sistem drainase di Jakarta. Menurut Joga, hanya 33 persen saluran drainase yang berfungsi, sedangkan 67 persen lainnya tidak berguna. Untuk itu, drainase harus segera diperbaki.

"Kedua, revitalisasi waduk dan setu masih sedikit. Waduk hanya di Pluit dan itu belum tuntas. Harus membenahi kantong-kantong penampung air," kata Joga.

Ketiga, memperbaiki sungai dan kali yang meluap dengan pendekatan naturalisasi, bukan normalisasi. Naturalisasi adalah mengembalikan fungsi sungai secara alami sebagai peredam banjir, bukan normalisasi yang berfungsi sebagai pengalir dengan pendekatan melapisi beton di pinggir sungai.

"Normalisasi itu membuang air secepat-cepatnya ke laut. Naturalisasi itu membuang air secepat-cepatnya ke dalam tanah," ujar Joga.

Keempat, masih minimnya daerah resapan air. Dua tahun terakhir tidak banyak muncul ruang terbuka hijau.

Kelima, pembenahan tata ruang. Banjir di Kemang adalah bukti nyata kegagalan Pemprov DKI Jakarta mengatur tata ruang. Sebab sebanyak 70 persen lahan di Kemang mengalami perubahan peruntukan tata ruang.

"Lima PR tersebut harus segera diselesaikan untuk mengatasi puncak musim hujan akhir tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Karena PR ini menyelesaikan masalah jangka panjang," kata Joga.

Jika langkah ini segera dilakukan, musim hujan akan dianggap menjadi anugerah dan berkah. Musim hujan menjadi kesempatan warga Jakarta untuk menampung air sebanyak-banyaknya di tanah guna mengantisipasi kekurangan air bersih pada musim kemarau.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramalkan hujan dengan intensitas sedang masih akan mengguyur DKI Jakarta dan sekitarnya hingga pengujung Agustus 2016.

"Sampai dua hari ke depan di Jabodetabek, terutama di bagian selatan Jakarta, masih ada potensi hujan dengan intensitas sedang pada siang hingga sore hari," ujar Fachri Radjab, Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG.

Secara umum, wilayah Indonesia dalam bulan ini masih akan mengalami kemarau. Namun dampak dari La Nina di Samudra Pasifik (bagian timur) dan anomali cuaca di Samudra Hindia (wilayah barat) menimbulkan efek hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Anomali di kedua wilayah itu mengakibatkan Indonesia akan mengalami musim kemarau basah. (wis/agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER