Jakarta, CNN Indonesia -- Korban meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Garut terus bertambah. Berdasarkan data hingga tadi malam (21/9), korban meninggal berjumlah 23 orang, dan 18 orang masih dalam pencarian.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Garut, saat ini, jumlah pengungsi adalah 433 jiwa. Mereka ditempatkan di pos pengungsian Markas Komando Resort Militer 062 Tarumanegara, Garut.
"Pengungsi ditempatkan di aula Korem dalam keadaan baik. Ketersediaan makanan, air bersih cukup. Plus bantuan dari masyarakat," ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei di Pos Komando (Posko) Bencana Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Longsor, Garut, Selasa malam (21/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Willem menambahkan, selain di Makorem, Bupati Garut Rudi Gunawan juga menyiapkan rumah susun dengan kapasitas 100 orang bagi para pengungsi.
Hingga kini, tim gabungan terus melakukan pencarian korban banjir tersebut. Tim yang dikerahkan melibatkan Badan SAR Nasional, TNI, Polri, PMI hingga relawan, dan masyarakat.
Lanjut Willem, kondisi di lapangan menunjukkan partisipasi masyarakat sangat baik. Jumlah relawan yang tercatat sebanyak 360 orang dari 16 lembaga.
"Posko juga masih melakukan pendataan kerusakan dan kerugian di lokasi bencana," katanya.
BNPB juga telah mengirim bantuan logistik senilai Rp2 miliar untuk BPBD Garut dan BPBD Provinsi Jawa Barat. Bantuan tersebut berupa makanan siap saji, selimut, tikar, tenda, pakaian sekolah,
kidsware dan lainnya.
"Lalu, dana siap pakai dari Pemerintah untuk mendukung operasional tanggap darurat sebesar Rp400 Juta," kata Willem.
BNPB kini masih melakukan kaji cepat dampak kerusakan bencana. BNPB melakukan pemetaan dengan menerbangkan drone dan memanfaatkan citra satelit Lapan, BIG dan BPPT. Willem pun telah melaporkan jumlah yang meninggal dan penanganan bencana tersebut kepada Presiden Joko Widodo.
(rel)