Pengamat: Elektabilitas Ahok-Djarot Masih Yang Tertinggi

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Kamis, 29 Sep 2016 02:10 WIB
Elektabilitas Ahok dibantu oleh status dan kerja-kerjanya sebagai petahana. Namun, itu belum menjamin Ahok bakal memenangkan Pilkada Jakarta.
Calon Petahana Basuki Tjahaja Purnama bersama wakilnya Djarot Saiful Hidayat saat pengumuman cagub dan cawagub PDIP di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa, (20/9). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Politik dari Indonesia Public Institute Karyono Wibowo memperkirakan elektabilitas calon petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat masih yang tertinggi dibandingkan dua pasangan calon lain jelang Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Saya rasa mereka (Ahok-Djarot) masih menjadi yang paling matang dan berpeluang besar (menang)," ujar Karyono dalam diskusi 'Pilgub DKI Rasa Pilres, di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (28/9).

Tingginya elektabilitas Ahok disebabkan banyak masyarakat Jakarta yang merasa cocok dengan kepemimpinan mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Hal itu, menurut Karyono, tercermin dari sejumlah hasil survei dalam beberapa bulan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, berdasarkan pantauannya pada survei pilkada selama ini, tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Ahok-Djarot masih di atas 50 persen atau sekitar 60 persen.

Tingkat kepuasan atas kinerja Ahok-Djarot memang sempat menururn. Namun, kata Karyono, hal itu tak mempengaruhi elektabilitasnya.

Ia mengklaim, dari hasil survei, masyarakat DKI Jakarta masih menginginkan Ahok kembali menjadi gubernur.

"Sekitar 50 persen masyarakat DKI Jakarta masih meminta (Ahok) kembali memimpin. Itu karena mereka cukup puas dengan kinerja Ahok selama ini," ujarnya.

Peluang Ahok memenangkan Pilkada Jakarta juga semakin terbuka. Pasalnya, dari hasil evaluasi atas hasil pilkada sejak 2007, sekitar 90 persen incumbent berhasil keluar sebagai pemenang.

"Tergantung kasusnya juga. Ada juga yang kalah. Tapi rata-rata mereka menang," tuturnya.

Meski begitu, Karyono menyatakan status petahana bukan faktor utama suatu calon bisa memenangi pilkada. Naik turunnya dukungan terhadap pasangan calon masih sangat dinamis.

Setiap pasangan calon, menurut Karyono, tetap harus bisa menarik simpati dan kepercayaan masyarakat. Khususnya lewat program kerja masing-masing pasangan.

"Tentu (perubahan dukungan) masih akan terjadi karena dalam politik itu dinamis. Bisa saja terjadi tergantung permainan isu," kata dia.

"Sekarang tinggal bagaimana masing-masing tim menarik simpati dan mempengaruhi pemilih (masyarakat) sehingga terjadi imigrasi antara pemilih suatu calon ke pemilih calon lainnya. Masih beberapa bulan, situasi masih bisa berubah," imbuh Karyono. (wis)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER