Jakarta, CNN Indonesia -- Jika sebelumnya Basuki Tjahaja Purnama menyebut elektabilitasnya sebagai hal yang baik, kali ini ia sudah mulai mewaspadai. Pria yang biasa disapa Ahok ini meminta tim pemenangannya agar bekerja keras.
Ahok sempat menanggapi santai saat tingkat keterpilihannya turun berdasarkan hasil survei. Survei Poltracking bulan lalu menyebut elektabilitas Ahok 36,92 persen jika dipasangkan dengan Heru Budi Hartono.
Saat itu ia mengatakan, dengan elektabilitasnya yang terus turun, maka akan membuat calon lawan-lawannya mau bersaing dalam pilkada. Jika elektabilitasnya terus tinggi dikhawatirkan tidak ada bakal calon yang berani mendaftar.
Setelah tiga pasang calon mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Daerah, giliran Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menggelar survei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat memang masih paling atas dengan elektabalitas 31,4 persen. Tingkat keterpilihan itu terbilang rendah. Pasalnya, pada survei-survei sebelumnya elektabilitas Ahok sempat menyentuh angkat 59,3 persen (Maret) sebelum turun menjadi 49,1 persen pada bulan Juni.
"Artinya tim harus kerja keras," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Rabu (10/5).
Dalam survei LSI yang dipublikasikan kemarin, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menempati posisi dua dengan elektabilitas 21,1 persen dan pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni 19,3 persen.
Tren penurunan elektabilitas Ahok menurut peneliti LSI Adjie Alfaraby disebabkan kebijakan Ahok yang tidak disukai warga ibu kota seperti penggusuran dan reklamasi.
Ahok menampik kebijakan itu merupakan sebuah kesalahan. Dia beranggapan kebijakan itu merupakan realisasi atas sumpah jabatannya sebagai gubernur yakni untuk merapikan Jakarta.
Caranya dengan memindahkan warga yang menempati kawasan pinggir kali ke rumah susun. Ahok menyebut kebijakannya itu sudah dilakukan sejak tahun 1960-an di Cina dan Eropa.
"Buat apa pilih saya jadi gubernur tapi sungai semua enggak rapi," kata Ahok.
Faktor lain yang membuat elektabilitas Ahok menurun adalah isu kepribadian. Ahok dinilai kasar dalam ucapan dan mengeluarkan kata yang dinilai kurang pantas.
Ahok juga digoyang isu primordial. Hasil riset LSI menyebut, sekitar 40 persen pemilih muslim di Jakarta tidak bersedia dipimpin oleh gubernur nonmuslim. Faktor terakhir adalah hadirnya kompetitor yang baru yakni Anies dan Agus.
Meski hasil survei kurang berpihak padanya, Ahok merasa terbantu. Menurutnya, dia tak lagi perlu mengadakan survei sendiri untuk mengetahui elektabilitasnya. "Saya enggak perlu bayar lembaga survei, enak ya, numpang aja," kata Ahok.
(sur/obs)