Jakarta, CNN Indonesia -- Joko Widodo mungkin tak hanya dikenal sebagai presiden yang senang turun ke bawah, namun juga karena pasangan politiknya. Saat ini, dia berpasangan dengan politikus senior Partai Golkar Jusuf Kalla, sebagai wakil presiden hingga 2019.
Tapi, orang juga bisa jadi tak lupa duet politik Jokowi sebelumnya saat mencalonkan gubernur DKI Jakarta pada 2012.
Dia adalah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok adalah orang yang menggantikan Jokowi sebagai gubernur DKI ketika pria itu maju sebagai calon presiden pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang 2012—2014, mereka berdua pun bekerja sama mengerjakan pelbagai program untuk membenahi Jakarta. Cara Jokowi yang terkenal saat itu adalah blusukan.
Tujuannya, untuk mendengarkan aspirasi masyarakat sehingga membuatnya dikenal sebagai pemimpin Wong Cilik.
Mungkin duet lama itulah yang membuat nama Jokowi tak terpisahkan dari Ahok—yang kini menggandeng Djarot Syaiful Hidayat. Keduanya, diklaim dapat meneruskan semangat Jokowi untuk perubahan Jakarta. Ketiga sosok ini dianggap saling bersinergi untuk pembangunan.
Politikus PDIP Maruarar Sirait pernah menyarankan Ahok agar mau belajar dan mencontoh cara komunikasi politik Jokowi.
Menurutnya, Jokowi memiliki kinerja yang baik dan figur yang kuat dengan cara komunikasi yang baik sehingga mendapat dukungan dari partai politik juga masyarakat. Mungkin Maruarar tak keliru memberikan saran itu kepada Ahok.
Program yang TertundaDjarot pun menyatakan dia dan Ahok akan meneruskan program Jokowi yang tertunda untuk Jakarta.
“Misinya adalah meneruskan apa yang sudah diletakkan tahun 2012, ini belum kelar, belum tuntas sampai 2017 maka itu harus diteruskan sampai 2022," kata Djarot di Rumah Sarwono, Jakarta Selatan, Rabu (5/10).
Menurut Djarot, program Jokowi merupakan pola pembangunan jangka panjang. Pembangunan itu tak hanya berguna untuk saat ini namun untuk masa depan Jakarta.
Oleh karena itu, Djarot mengatakan, visi misi mereka adalah penyempurnaan dari program yang direncanakan Jokowi di tahun 2012.
Di antaranya adalah pembenahan transportasi, penataan kawasan, perluasan lahan hijau, normalisasi sungai, Kartu Jakarta Pintar dan akses kesehatan. Hal itu, kata Djarot, merupakan sejumlah program Jokowi yang akan diteruskan oleh pasangan yang disokong PDIP tersebut.
Djarot mengatakan, program tersebut sudah berjalan namun belum selesai. Butuh waktu lebih dari lima tahun untuk menyelesaikan program tersebut.
"Kepalang tanggung ini, MRT dan LRT harus kami selesaikan, normalisasi sungai harus diselesaikan, kartu Jakarta Pintar harus kami tingkatkan, hunian yang layak dan manusiawi harus kami berikan," ujarnya.
Tujuan Djarot mungkin tak berlebihan. Dia menginginkan Jakarta menjadi ibu kota yang disegani oleh negara lain.
(asa)