Yang 'Disembunyikan' Usai Kebakaran di Apartemen Parama

Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Selasa, 11 Okt 2016 11:06 WIB
Usai kebakaran di Apartemen Parama, pengetatan keamanan internal dilakukan. Media dan Lurah bahkan tak bisa bertemu pihak manajamen.
Usai kebakaran di Apartemen Parama, pengetatan keamanan internal dilakukan. Media dan Lurah bahkan tak bisa bertemu pihak manajamen. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada aktivitas yang relatif berbeda di satu hunian mewah di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, pada pagi September lalu. Penjagaan ketat justru diperlihatkan petugas keamanan Apartemen Parama. Mereka langsung menunjukkan sikap siaga, setiap melihat orang yang mendekat ke pagar biru apartemen itu.

Petugas sekuriti itu langsung menanyai maksud kedatangan. CNNIndonesia.com yang sempat tak diizinkan masuk, akhirnya berhasil menemui resepsionis setelah diarahkan untuk menelepon pihak apartemen terlebih dahulu.  

Dengan modal menitipkan KTP pada petugas sekuriti, di lobi apartemen, CNNIndonesia.com hanya dapat menemui resepsionis yang sebelumnya terhubung melalui sambungan telepon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Resepsionis itu mengatakan pengelola apartemen sedang tak bisa diganggu. Dia juga menolak untuk membuat janji pertemuan.

“Maaf, manajemen sedang mengurusi beberapa keperluan apartemen, jadi tak bisa menemui media,” kata perempuan yang berada di balik meja lobi Apartemen Parama.

Dia mengklaim belum lama bekerja di Apartemen Parama. Saat kebakaran pun, dia sedang tak di lokasi. Dengan alasan itu, dia menyebut tak mengetahui banyak tentang Parama dan kejadian tersebut.

Resepsionis itu menuturkan penghuni yang menempati hampir seluruh unit di Parama—ada 96 unit di apartemen itu—sudah tak lagi tinggal di sana. Ini  lantaran listrik dan air sudah tak tersedia. Termasuk lift yang sudah tidak berfungsi. 


Saat itu pula, terlihat seorang penghuni yang mengambil kunci di lobi dengan menyebut unit yang dimilikinya dan kemudian berlalu. 

Tak lama, petugas sekuriti pun menghampiri. Dia itu meminta CNNIndonesia.com untuk keluar dan menunggu di pos keamanan. Dari pos,  terlihat beberapa penghuni mengangkut barang. Satu koper dan satu kardus besar dinaikkan ke dalam mobil yang sudah menunggu di depan lobi. 

CNNIndonesia.com juga dilarang untuk mendekat. Petugas keamanan berkilah bahwa mereka hanya sopir sehingga tak tahu apa-apa.

Berdasarkan pantauan, pengelola apartemen bukan sedang tak berada di lokasi. Mereka hanya bersedia menemui pihak-pihak terkait pengurusan apartemen. Seperti; petugas asuransi dan teknisi PLN.

Salah seorang teknisi PLN yang semula datang hendak memperbaiki, tak jadi melangsungkan niatnya setelah melakukan pengecekan. Penyebabnya, karena alat yang digunakan berbeda. Perangkat yang terpasang di Apartemen Parama merupakan produk lama yang saat ini sudah tak digunakan.
(Ilustrasi petugas PLN. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
"Barangnya beda. Belum bisa diperbaiki, harus nunggu dari pusat dulu," kata seorang teknisi PLN dari sebuah motor saat hendak hendak keluar dari Apartemen Parama.

Petugas dari salah satu operator telekomunikasi juga datang untuk menemui manajemen Parama. Dia ingin meminta kejelasan soal tower perusahaan yang sudah dua minggu mati.  “Kalau dibiarkan terus bisa bangkrut,” ujarnya.

Sayangnya, konfirmasi dari pengelola apartemen setelah menunggu seharian tak bisa didapatkan. Mereka menolak memberikan keterangan kepada media. Pihak pengelola memilih bungkam, karyawan hingga sekuriti diminta untuk tak memberikan informasi ke pihak luar.

Kesulitan Temui Manajemen

Tak hanya media, Lurah Cilandak Barat Agus Gunawan pun mendapatkan perlakuan serupa.

Dia mengatakan dirinya tak pernah bertemu dan belum bisa menghubungi pihak manajemen Parama.  "Susah, enggak kooperatif, saya jadi gregetan. Tahunya manajernya Pak Maulana Lubis doang, tapi nomornya enggak pernah dikasih tau," kata Agus saat ditemui CNNIndonesia.com di kantornya.
Agus mengatakan kesulitan meminta data penghuni yang tinggal di Parama. Pengelola juga tak pernah melapor ke Ketua Rukun Tetangga (RT). Agus juga menyatakan aktivitas untuk masuk ke Parama seperti pengecekan kebersihan dan pembersihan jentik nyamuk seringkali dibatasi. 

Sementara penghuni, kata Agus, juga tak pernah mengurus hal-hal terkait kependudukan, karena mayoritas merupakan warga negara asing. Dia menyayangkan sikap pengelola Parama sebagai salah satu apartemen tertua di kawasan itu.

Menurutnya, Apartemen Parama yang lebih berpengalaman seharusnya lebih kooperatif dibandingkan dengan hunian baru. Bangunan  Parama yang terletak di RW 6 RT 16 sudah berdiri sejak tahun 1995. 

“Yang ini (apartemen lain) kooperatif, data-data gampang lah,” ujar Agus. (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER