Jakarta, CNN Indonesia --
Business Comercial and Legal Manager Susi Air, Irvino Samuel Moniaga memastikan tidak ada
emergency landing atau kerusakan mesin dalam peristiwa pendaratan helikopter yang ditumpangi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pada Minggu (9/10) di lapangan Banyuurip, Temanggung, Jawa Tengah.
Pendaratan helikopter tipe Grand Agusta A109S itu murni disebabkan faktor cuaca buruk.
Irvino menjelaskan, kondisi cuaca saat helikopter itu berangkat menuju Yogyakarta memang dalam keadaan hujan lebat. Namun, karena jadwal Menteri Susi tergolong padat, helikopter itu tetap dipaksa berangkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus sesuaikan jadwal Ibu saat itu, tapi memang murni faktor cuaca bukan
emergency landing, pesawat hanya sedang dalam keadaan
divert," kata Irvino di Kompleks Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Senin (10/10).
Istilah
divert menurut Irvino memang umum digunakan dalam dunia penerbangan. Berbeda dengan
emergency landing yang identik dengan pendaratan darurat yang terjadi karena kerusakan mesin,
divert dilakukan saat kondisi cuaca dalam keadaan tidak stabil.
"Misalnya hujan deras seperti kemarin," kata dia.
Karena cuaca yang tidak bersahabat, menurut Irvino, Susi akhirnya memutuskan mendarat di lokasi terdekat, meskipun sang menteri bisa memilih untuk kembali ke Bandara keberangkatan. Namun, Susi justru memilih untuk mendarat di Banyuurip.
"Ibu Menteri ingin tepat waktu untuk jadwal dia, jadi dia memutuskan mendarat (di Banyuurip)," katanya.
Kemarin, Minggu 9 Oktober, pesawat helikopter berkapasitas tujuh orang yang membawa Susi mendarat di Lapangan Banyuurip, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Helikopter itu rencananya berangkat dari Karimunjawa menuju Yogyakarta dengan waktu tempuh satu jam setelah
take off.
(wis/sur)