Bali, CNN Indonesia -- Forum Kebudayaan Dunia (
World Culture Forum) 2016 yang digelar di Bali menghasilkan 10 komitmen yang disepakati. Kesepakatan itu dihasilkan untuk memperkuat kebudayaan sebagai pengaruh utama dalam pembangunan berkelanjutan.
Forum ini berakhir kemarin setelah berlangsung sejak 10 Oktober 2016. Acara ini diikuti oleh 63 negara dengan menghadirkan 1.305 peserta. Forum ini merupakan aksi tindak lanjut dari Bali Promise tahun 2013.
Ketua Panitia Pengarah Ananto Kusuma Seta mengatakan, pembangunan berkelanjutan selama ini dianggap hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan aspek lain seperti sosial dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ananto menegaskan deklarasi itu akan mendesak Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) dan masyarakat sipil untuk lebih berkomitmen dalam menerapkan kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan.
Komitmen pertama forum ini adalah mendukung pelaksanaan penuh agenda pembangunan berkelanjutan 2030 dan bekerja menuju integrasi yang lebih nyata dan efektif dan pengarusutamaan budaya dalam strategi di semua tingkatan kebijakan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan.
Selanjutnya komitmen kedua adalah mempromosikan budaya perdamaian dalam masyarakat sebagai urutan kedua dalam deklarasi.
Menurut Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bidang Inovasi dan Daya Saing ini, hal ini dapat mendorong masyarakat secara adil dan inklusif yang menghargai nilai dan warisan budaya beserta upaya perlindungannya.
Selanjutnya, Ananto menekankan untuk melakukan aksi yang telah dilakukan oleh enam simposium selama WCF berlangsung. Aksi itu seperti penguatan peran budaya dalam paradigma pembangunan, penguatan keterlibatan pemangku kepentingan, promosi nilai multikulturalisme agar dapat hidup berdampingan secara damai.
"Hasil keempat, kami akan memperkuat peran pemuda dalam aktivitas ekonomi, budaya dan sosial politik serta lingkungan sebagai ajang mempromosikan satu paham dan transformasi positif sosial dan kesetaraan menuju pembangunan berkelanjutan," katanya.
Dalam pembangunan berkelanjutan, Ananto mengatakan, akan mengenalkan peran organisasi antarpemerintah dan non-pemerintah internasional sebagai upaya mengembangkan jaringan pengetahuan untuk memajukan budaya progresif.
Selain itu, pembangunan berkelanjutan harus dilakukan dengan mengembangkan strategi dengan memberdayakan masyarakat lokal. Hal ini juga diikuti dengan perumusan rencana aksi dan dialog antar mamsyarakat dan pemerintah agar peran budaya optimal untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi.
Kesepakatan ketujuh, Ananto mengatakan, kerja sama soal budaya akan dilakukan secara responsif. Selanjutnya, meminta dukungan UNESCO untuk memperkuat perlindungan warisan budaya termasuk dari perang dan konflik.
Hasil deklarasi kesembilan adalah setiap level dari tujuan pembangunan berkelanjutan akan diperkuat dengan implementasi dan penekanan kebutuhan peran budaya.
Terakhir, kerangka kerja aksi akan dikembangkan untuk diadopsi dan diluncurkan secara bersamaan pada pertemuan yang diselenggarakan di sesi-39 Konferensi Umum UNESCO pada Oktober 2017. Tujuannya, untuk memperkuat tindak lanjuti mekanisme di bawah Agenda 2030.
Selain deklarasi itu, dalam WCF 2016 juga menampilkan deklarasi dari International Youth Forum (IYF) 2016. Deklarasi ini telah disepakati oleh kesempatan sama perwakilan dari 173 anak muda dari 39 negara.
Deklarasi itu menyebutkan akan menggunakan teknologi digital dengan memanfaatkan dan mengembangkan open source untuk memajukan pendidikan, sosial, dan kebudayaan dalam waktu tiga tahun.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menegaskan akan membawa hasil deklarasi kepada Presiden Joko Widodo dalam waktu sebulan atau dua bulan ke depan.
Selain itu, Hilmar juga mengatakan, akan membawa hasil forum ini ke dalam pertemuan yang lebih serius dengan para pemangku kebudayaan seperti pemerintah dan perwakilan dari negara-negara yang tergabung dalam WCF 2016.
"Kami akan tindak lanjuti segera dan dibahas di pertemuan Januari 2017, hal ini agar kebudayaan menjadi hulu dari pembangunan berkelanjutan" ucapnya.
(sur)