Polda Papua Barat Buru Pelaku Kerusuhan Manokwari

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Kamis, 27 Okt 2016 14:19 WIB
Kerusuhan meletus di Manokwari, ibu kota Papua Barat, semalam. Tujuh orang luka-luka dan seorang tewas. Peristiwa bermula dari penikaman di warung makan.
Kerusuhan meletus di Manokwari, ibu kota Papua Barat. (Ilustrasi/ANTARA/Indrayadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian berjanji segera menangkap pelaku kerusuhan di Manokwari. Kerusuhan di ibu kota Papua Barat itu meletus semalam, Rabu (26/10), dan membuat enam orang menjadi korban serta menewaskan satu orang.

“Kami upayakan hari ini pelaku tertangkap,” kata Kapolda Papua Barat Brigadir Jenderal Royke Lumowa seperti dikutip Antara, Kamis (27/10).

Menurutnya, kepolisian telah mengantongi identitas pelaku.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Royke mengatakan, kerusuhan berawal dari peristiwa penikaman terhadap Vijay Paus-paus, warga Kompleks Jalan Serayu, Sanggeng, Manokwari.

Saat itu Vijay dan beberapa temannya belum bisa membayar nasi bungkus yang mereka beli. Keributan pun terjadi di warung makan. Vijay dikejar lalu ditikam di bagian belakang.

Vijay sempat ditemui Royke di rumah sakit tadi malam.

“Dia masih dirawat di rumah sakit. Ditikam di bagian belakang dan tidak mengenai organ dalam,” kata Royke.
 
Kasus penikaman itu memicu amarah masyarakat. Warga setempat meluapkan emosi dengan memblokade Jalan Yos Sudarso dan Jalan Trikora.
 
Mereka juga membakar lima sepeda motor patroli, dan merusak pos polisi yang tengah dibangun di depan Pasar Sanggeng.

Kerusuhan berlangsung hingga Kamis dini hari.

Royke mengatakan, enam orang menjadi korban. Dua orang di antaranya terkena tembakan aparat keamanan. Seorang Komandan Rayon Militer di jajaran Komando Distrik Militer 1703/Manokwari Mayor Suhargono juga dianiaya massa.

“Ada enam orang korban. Dua orang terkena tembak satu, di antaranya meninggal atas nama Onisimus Rumayon,” kata Royke.
 
Namun Royke menduga, Onisimus meninggal bukan karena tembakan. Menurutnya, berdasarkan keterangan dokter yang melakukan pemeriksaan, memang ada luka tembak di tubuh korban, tapi tidak terjadi pendarahan. Tembakan dianggap tidak mengenai organ yang mematikan.

Royke menyarankan agar dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian Onisimus. Saat ini jenazah berada di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr. Azhar Zahir.

Sementara salah satu korban penembakan, Erikson, masih dirawat di rumah sakit yang sama. Dia ditembak di bagian leher.
Ketua Lembaga Penelitian Pengkajian Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari Yan Christian Warinussy mengatakan, pihaknya sedang melakukan investigasi menyeluruh atas kasus Manokwari itu.

Yan mengutus stafnya untuk melihat para korban di rumah sakit.

“Kami sudah menemui keluarga korban. Menurut keterangan keluarga korban tewas, almarhum meninggal karena tertembak. Saat ini investigasi sedang berlangsung,” kata dia.

Yan menilai Kapolda Papua Barat terlalu dini menyimpulkan perkara penembakan tersebut. Menurutnya, kasus tidak boleh disimpulkan begitu saja tanpa investigasi.

LP3BH telah menyampaikan informasi awal kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta.
 
Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengecam peristiwa penikaman, penembakan, penganiayaan, dan pembunuhan di Manokwari semalam.
 
“Kami minta proses hukum terhadap pelaku harus dilaksanakan secara transparan dan objektif,” ujar Natalius.
 
Komisioner Komnas HAM asal Papua itu berpendapat, salah satu faktor utama kerusuhan terus terjadi di Papua adalah karena pemerintah seolah membiarkan pelanggaran HAM terjadi di Papua.

Pigai menyatakan, Jokowi selama dua tahun kepemimpinannya tidak pernah menyinggung penyelesaian pelanggaran HAM di Papua.
 
“Sangat disayangkan, tidak satu kata pun tentang kondisi HAM di Papua yang disampaikan. Itu menunjukkan Presiden sengaja membiarkan pelanggaran HAM di Papua,” kata pria kelahiran Paniai itu.
 
Catatan pelanggaran HAM
 
Sejak awal pemerintahan Jokowi, kata Natalius, pelanggaran HAM berat di Papua telah terjadi. Empat orang pelajar tewas dan 17 anak di bawah umur menjadi korban luka pada Tragedi Paniai 8 Desember 2014.
 
Selain itu, sejumlah kasus penembakan dan pembunuhan aktivis di Kabupaten Yahukimo, Papua, diduga dilakukan oleh aparat Brimob pada 20 Maret 2015.

Pada 25 Juni 2015, kasus penembakan di Kabupaten Dogiyai ‎menewaskan satu orang. Sementara di Kabupaten Tolikara pada 17 Juli 2015, 11 orang luka-luka.
 
Pada 28 Agustus 2015, penembakan di Kabupaten Timika menewaskan dua orang dan membuat enam orang lainnya luka-luka.

Sebelum itu pada 2014, sebanyak 18 orang juga meninggal di Jayanti, Timika, dalam kurun waktu beberapa bulan.
 
“Hampir setiap minggu, orang Papua meninggal  karena kekerasan negara di Papua. Ada tangisan, rintian, ratapan dan penderitaan saban hari tanpa henti,” kata Natalius.
Natalius menyatakan, hasil pantauan situasi HAM di Papua menunjukkan lebih dari 5.000 orang ditangkap, dengan di antaranya dianiaya, di bawah kepemimpinan Jokowi.
 
“Semua ini memori buruk dan mengingatkan akan trauma dan tragedi, yang justru menambah ketidakharmonisan Jakarta dan Papua bahkan mengancam labilitas integrasi politik,” kata Natalius.
 
Ia meminta Presiden Jokowi untuk mengambil langkah konkret guna melakukan perbaikan secara signifikan atas Papua. Papua, kata dia, membutuhkan cara damai, dialog, demiliterisasi, dan pembangunan berbasis HAM. (agk/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER