Kepulan Asap Membumbung Tinggi di Tengah Riuh Demonstran

CNN Indonesia
Jumat, 04 Nov 2016 17:38 WIB
Yanto dan Deden, dua orang pedagang sate padang berjualan bersebelahan di jalan Medan Merdeka Selatan. Dalam waktu empat jam, ratusan tusuk sate ludes terjual.
Yanto dan Deden, dua orang pedagang sate padang berjualan bersebelahan di jalan Medan Merdeka Selatan. Dalam waktu empat jam, ratusan tusuk sate ludes terjual. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Turun ke jalan dan bergabung dengan ribuan orang di bawah teriknya matahari Jakarta membuat para pengunjuk rasa harus mencari asupan tambahan. Ditambah dengan jarak perjalanan dari Istiqlal menuju Istana Kepresidenan membuat suplemen energi menjadi penting.

Di tengah kondisi seperti ini, gerobak penjual sate Padang diburu oleh para pengunjuk rasa di Jalan Medan Merdeka Selatan. Setidaknya di depan pintu masuk parkir IRTI Monas terdapat tiga pedagang sate Padang yang berjualan berdampingan, yang kibasan kipasnya menimbulkan kepulan asap putih beraroma sedap yang menyerang indera penciuman para demonstran.

Yanto (32) merupakan salah satu pedagang diantaranya. Pria tersebut tak takut sate yang dijualnya tak laku karena banyak pesaing. Yanto optimis dagangannya akan habis karena jumlah pengunjuk rasa yang mencapai ribuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Udah biasa jualan bareng, tetap laku," ujar Yanto kepada CNNIndonesia.com yang tergiur mengunyah sate lidah racikannya, Jumat (4/11).

Yanto yang jualannya masih tersisa, justru dibantu Deden (26) penjual sate di sebelahnya. Sate milik Deden sudah lebih dahulu habis. Deden membawa 150 ketupat dengan 800 tusuk sate. Jumlah itu lebih banyak dari biasanya yang hanya 90 ketupat dan 500 tusuk sate.

Sementara Yanto, membawa 100 ketupat dengan 500 tusuk sate. Di hari biasa, dia mengaku hanya mempersiapkan 50 ketupat dan 300 tusuk sate untuk berdagang sepanjang hari. Yanto mengaku memang menambah jumlah dagangannya setiap kali ada aksi unjuk rasa. Sate itu dijual Rp20 ribu per porsinya.

“Sudah punya rencana dari kemarin-kemarin, tahu akan ada demo," ujar Yanto.

Yanto dan Deden rutin berjualan saat ada demonstrasi. Termasuk pada aksi demo serupa yang dilancarkan bulan lalu, dengan jumlah massa yang lebih sedikit.

Meski mendapat keuntungan lebih, Deden mengaku berjualan saat demo lebih capek ketimbang di tempat biasa.

"Iya untung, tapi memang capek, tapi hasilnya lumayan jadi capeknya tidak terasa," ujar Deden yang biasa berjualan di depan Gereja Kathedral.

Deden menjelaskan saat unjuk rasa, pembeli datang secara sekaligus dan tak henti-henti. Saat demonstrasi yang melibatkan ratusan sampai ribuan massa, dagangan bisa ludes dalam waktu empat jam saja. Sementara, di hari biasa butuh waktu tujuh jam berjualan dan kerap tak habis di ujung hari.

Ketika berjualan Deden juga tak takut dengan suasana demo yang bisa sewaktu-waktu berubah menjadi anarkis. Menurutnya, dia tak bakal menjadi objek yang diserang.

“Tidak lah ngapain takut, saya kan cuma pedagang," ucap Deden.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER