Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri mengungkapkan, Juanda alias Jo, terduga pelaku teror di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, belajar membuat bom dari kelompok Dulmatin di Aceh, pada rentang waktu 2009-2011 silam. Djoko Pitono alias Dulmatin adalah salah satu pelaku bom Bali 2002.
"Dia belajar dengan grupnya Dulmatin. Kalau dilihat waktunya, saat itu Polri menangkap pelaku Dulmatin yang terkait dengan Abu Bakar Baasyir," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta, Senin (14/11).
Dulmatin tewas dalam penggerebekan polisi di Pamulang, Tangerang Selatan, 2010 lalu. Karena keterlibatannya dengan jaringan teror, dia juga menjadi buronan Filipina, Amerika Serikat dan Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanannya dalam jaringan terorisme dimulai saat dia berhubungan dengan Abu Bakar Baasyir yang saat itu merupakan tokoh Jamaah Islamiyah. Jaringan tersebut memang bergerak tidak hanya di Indonesia, tapi di Asia Tenggara.
Boy juga menjelaskan Jo adalah residivis kasus bom buku di Serpong, Tangerang, 2011 lalu. Serangkaian teror bom buku ini didalangi oleh Pepi Fernando.
Kelompok Masjid Tanpa Nama?Menurut Boy, saat ini polisi sudah mengamankan dan meminta keterangan 15 orang yang diduga terkait dengan Jo. Polisi punya waktu tujuh hari untuk menentukan status belasan orang tersebut.
Hingga kini, belum ditemukan bukti-bukti yang mengarah pada keterlibatan belasan orang tersebut dengan jaringan bom buku Juanda. Hal ini masih didalami lebih jauh oleh penyidik Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
"Akan ditentukan statusnya apakah saksi atau pihak yang membantu. Kami duga orang yang punya hubungan, berkomunikasi dengan yang bersangkutan (Jo)," kata Boy.
Jo, kata Boy, bertempat tinggal di belakang sebuah masjid tanpa nama di Samarinda. Bom yang dia lemparkan dirakit di belakang masjid tersebut selama tiga hari, sebelum akhirnya dieksekusi, kemarin.
Informasi awal berdasarkan penyelidikan, bahan-bahan yang digunakan dalam bom tersebut adalah pupuk, belerang, arang, cuka dan alkohol 70 persen. "Barang-barang yang biasa ditemukan di pasaran," kata Boy.
Setelah ledakan, tim menggeledah rumah tersebut dan mengamankan laptop, telepon seluler, serta dokumen-dokumen. Saat ini barang-barang tersebut masih diperiksa.
Jamaah Ansharu DaulahKetika ditanyai apakah Jo terkait dengan jaringan Jamaah Ansharu Daulah, Boy mengatakan hal tersebut belum bisa dipastikan. Namun, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian secara terpisah membenarkan hal tersebut.
"Ini sebenarnya pelaku lama kasus bom di Serpong sama bom buku. Ada kaitannya itu, kelompoknya Pepi Fernando, jaringan lama, sekarang bergabung dengan JAD," kata Tito.
Tito mengatakan target kelompok ini adalah berusaha menimbulkan kekacauan, tidak ada tujuan lain. Walau demikian, dia menegaskan situasi sudah terkendali dan masyarakat bisa kembali tenang.
"Karena ini pelaku-pelaku lama kita sudah tahu jaringannya. Sudah ada yang ditangkap, nanti kami akan kembangkan terus," ujarnya.
Jamaah Ansharu Daulah adalah kelompok pendukung Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Pergerakan ISIS di Indonesia terdeteksi setidaknya sejak 2014 silam.
Saat ini, sudah ada beberapa serangan yang diduga terkait dengan kelompok teror tersebut. Selain pelemparan bom ini, ada pula serangan golok di Tangerang, beberapa waktu lalu dan serangan bom yang disertai penembakan di Thamrin, Jakarta Pusat, awal 2016.
(rel/yul)