Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri menetapkan lima orang tersangka pelaku aksi teror di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Salah seorang di antaranya diduga sebagai pelaku utama.
"Hari ini di Samarinda sudah lima yang positif jadi tersangka, termasuk Juhanda," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis (17/11).
Juhanda adalah pria berusia 32 tahun kelahiran Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan identitasnya di kartu tanda penduduk, Juhanda tinggal di Perumahan Citra Kasih Blok E Nomor 030 Neohon, Kelurahan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Juhanda pernah menjalani hukuman terkait kasus tindak pidana terorisme selama 3 tahun 6 bulan. Namun dia dinyatakan bebas bersyarat pada 28 Juli 2014.
Juhanda ditangkap warga beberapa saat setelah melemparkan bom ke arah gereja.
Boy tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai identitas empat orang tersangka lainnya. "Nanti diberi penjelasan lebih lanjut, sementara informasinya itu dulu," ujarnya.
Selain itu, polisi juga telah mengamankan 21 orang yang diduga terkait dengan peristiwa ini. Juhanda dan empat tersangka lainnya adalah sebagian dari puluhan orang tersebut.
Motif KekacauanBoy mengatakan para pelaku melakukan aksinya karena didasari motif "ingin membuat kekacauan."
Ledakan bom terjadi di Gereja Oikumene pada Minggu pagi sekitar pukul 10.15 WITA. Kejadian ini menyebabkan lima orang terluka, empat di antaranya menderita luka bakar serius dan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah IA Moeis Samarinda Seberang.
Empat korban terluka yang dirawat di RSUD IA Moes merupakan balita. Mereka di antaranya Intan Olivia Marbon (2,5), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), Triniti Hutahaya (3) serta Anita Kristabel Sihotang (2).
Dua balita yang menderita luka bakar cukup parah yakni Intan Olivia Marbun dan Triniti Hutahaya pada Minggu sore (13/11) sekitar pukul 16.15 WITA dirujuk ke RSUD AW Syahranie.
Pada Senin pagi, Intan Olivia Marbun meninggal dunia akibat mengalami luka bakar hingga 78 persen.
Sementara dua korban lainnya, Alvaro dan Anita, telah menjalani operasi pembersihan luka di RSUD AW Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur. Usai operasi, kondisi keduanya dikabarkan terus membaik namun tetap dalam penanganan tim medis dari pihak rumah sakit.
 Tim Laboratorim Forensik Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi ledakan di Gereja Oikumene, Samarinda, Senin (14/11). (ANTARA FOTO/Amirullah) |
Antisipasi Serangan LanjutanSehari setelah peristiwa itu, sebuah vihara di Singkawang, Kalimantan Barat, juga dilempar bom molotov. Meski tidak mengakibatkan korban dan belum dipastikan terkait dengan jaringan terorisme, polisi sudah melakukan antisipasi serangan lanjutan.
Terlebih, waktu sudah semakin mendekati hari raya Natal dan pergantian tahun.
"Kalau ancaman-ancaman yang menganggu masyarakat satu per satu semua diupayakan dan dibereskan oleh pihak Kepolisian. Kita ketahui kondisi dinamis terjadi di masyarakat kita," kata Boy.
Dia juga mengatakan polisi terus mengejar pelaku yang melempar bom molotov di Singkawang.
Boy menegaskan, polisi sudah melakukan langkah penegakan hukum terkait kedua peristiwa itu. Dia pun meminta masyarakat turut mewaspadai gerakan mencurigakan yang ada di lingkungan sekitar.
"Mari kita tingkatkan keamanan lingkungan masing-masing sehingga segala hal yang buruk bisa cepat diatasi," ujarnya.
(pmg/asa)