TNI Evaluasi Sistem Penyaluran Logistik ke Daerah Terpencil

Abraham Utama | CNN Indonesia
Senin, 28 Nov 2016 10:50 WIB
Menyusul kecelakaan helikopter Bell-412 di Malinau, TNI AD akan mengevaluasi pola penyaluran logistik ke pos-pos militer di kawasan yang sulit dijangkau.
Dalam periode tertentu, TNI AD mengganti tim yang bertugas di perbatasan. Secara periodik, TNI AD juga mengirimkan logistik ke pos-pos militer perbatasan. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
Jakarta, CNN Indonesia -- TNI Angkatan Darat berencana mengevaluasi pola penyaluran logistik ke pos-pos militer di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Kebijakan itu tak lepas dari kecelakaan helikopter Bell-412 milik Pusat Penerbangan TNI AD di kawasan Malinau, Kalimantan Utara, pekan lalu.

“Evaluasi tentang ini juga bagian dari kegiatan menyeluruh terkait pendorongan logistik ke tempat yang sulit,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Sabrar Fadhilah, di Jakarta, seperti dilansir Antara, kemarin.

Sabrar menuturkan, TNI AD menghadapi kondisi bentang alam yang sukar untuk menjaga perbatasan. Tugas menjaga wilayah perbatasan darat itu diamanatkan pasal 8 pada UU 34/2004 tentang TNI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beleid itu mengartikan tugas tersebut sebagai upaya untuk menjamin kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala bentuk ancaman dan pelanggaran.

“Tapi itulah Indonesia, ada bagian-bagian yang keadaannya khas dan sulit. Tentu ini menjadi bagian dari evaluasi," ucap Sabrar.
Untuk menggambarkan pos-pos perbatasan yang sulit dijangkau, Sabrar merujuk lokasi penemuan helikopter Bell-412 bernomor registrasi HA-5166 tersebut.

"Bahkan memakai telepon satelit saja sangat sulit. Hutan belantaranya sangat rapat, cuaca sangat buruk dan berubah-ubah cepat," tuturnya.

Pada 24 November lalu, helikopter TNI AD hilang kontak setelah terbang dari Malinau. Kemarin, tim pencarian gabungan menemukan helikopter itu di sebuah jurang, lima kilomenter dari Desa Long Sulit.

Dua personel Koprs Pasukan Khas TNI AU turun ke lokasi itu menggunakan teknik rapelling. Kopilot helikopter tersebut, Letnan Satu (CPN) Abdi Darnain (29 tahun) ditemukan dalam keadaan hidup.

Sementara itu, pilot Kapten Yohannes Syahputra dan tiga awak helikopter lainnya belum ditemukan hingga berita ini diturunkan.

Adapun, helikopter tersebut merupakan hibah dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Helikopter itu dibeli, selain untuk misi militer, juga untuk operasi sipil seperti SAR, pemadaman kebakaran serta antisipasi dan penanggulangan bencana alam.
(abm/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER