Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso mengatakan, Praja atau mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) merupakan salah satu target peredaran narkotik di tanah air.
"Kalian (Praja) menjadi target karena kalian masa depan bangsa, aset bangsa. Narkotik ini bukan sekedar peredaran dan penyalahgunaan tapi ini merupakan suatu bentuk
proxy war, perang modern," ujar Budi Waseso saat memberikan ceramah umum bersama Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, di kampus IPDN, Jatinangor, Jawa Barat, Jumat (16/12) dilansir
Antara.
Budi Waseso mengatakan, narkotik merupakan senjata dalam perang modern yang bertujuan untuk menghancurkan suatu bangsa. Hal ini berkaca dari sejarah keberhasilan Inggris menundukkan Tiongkok dengan candu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita belajar sejarah Tiongkok ditundukkan Inggris dengan candu. Maka muncul istilah perang candu. Dengan mudah Inggris menundukkan Tiongkok dengan candu, dan hal ini akan terjadi di negara kita kalau kita anggap narkotik itu biasa saja," ujar Budi Waseso.
Menurut dia, Indonesia saat ini merupakan pangsa pasar terbesar narkotik di dunia. Sebanyak 11 negara tercatat menyuplai narkotik ke Indonesia. Bahkan, kata Budi, narkotik yang masuk ke Indonesia selalu habis terserap dan tiada yang mubazir. Akibatnya, setiap tahun sebanyak 15.000 jiwa anak bangsa meninggal dunia akibat penyalahgunaan narkotik.
"Yang meninggal ini generasi muda produktif dan potensial memimpin negara ke depan, ini pasti
proxy war," ujar dia.
Budi Waseso menyampaikan tidak ada satu pun instansi, lembaga negara atau kelompok elemen masyarakat di tanah air yang bebas dari penyalahgunaan narkotik.
Dia menekankan berdasarkan evaluasi yang dilakukan BNN, para pecandu narkotik di perguruan tinggi umumnya adalah anak-anak pandai yang memiliki kemampuan luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa peredaran narkotik merupakan senjata perang modern saat ini.
Bukti lainnya adalah kesulitan aparat keamanan memberangus peredaran narkotik jaringan internasional di negara lain sekalipun telah memiliki hubungan kerja sama.
"Saat saya menjadi Kabareskrim saya sudah mengungkap jaringan Freddy Budiman di Malaysia dan Singapura. Tapi begitu kita minta ditangkap, katanya bandarnya sudah hilang, seolah tidak ada perbuatan yang saling bantu untuk memberantas narkotik," kata Budi Waseso.
Budi Waseso bersama jajarannya pun melakukan penelusuran ke Malaysia dan Singapura, kemudian mendapati keberadaan balai rehabilitasi narkotik yang luar biasa di kedua negara tersebut, namun isinya hanya lah putra-putra bangsa asal Indonesia.
"Ini mereka (negara lain) mendapatkan dua keuntungan, dari sisi bisnisnya dapat, dari sisi kehancuran negara kita juga dapat," kata Budi Waseso.
(rel)