Jakarta, CNN Indonesia -- Jatuhnya pesawat Hercules di Wamena, Papua, menjadi sorotan tajam kalangan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat. Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha meminta TNI tidak mengoperasikan lagi pesawat Hercules buatan tahun lama yang sudah beberapa kali jatuh.
“Semua Hercules dan pesawat lainnya yang tahun produksi sudah lama sebaiknya dimasukan ke hanggar. Kandangkan pesawat-pesawat yang sudah tua,” ujar Syaifullah saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (18/12).
Selain itu, ujar politikus PPP ini pemerintah memoratorium pesawat-pesawat buatan lama dan dananya digunakan untuk memberi pesawat buatan baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kita semua tidak ingin prajurit-prajurit kita jatuh dan tewas karena menggunakan pesawat buatan tahun-tahun lama,” kata Syaifullah.
Syaifullah menekankan seluruh kegiatan prajurit harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai, terutama untuk menjamin keselamatan jiwa.
Pemerintah, kata Syaifullah, harus memprioritaskan penambahan anggaran TNI untuk bisa memberi pesawat-pesawat yang baru. “Kalau anggarannya masih kecil sulit bagi TNI untuk memberi pesawat yang canggih,” ucapnya.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) itu menambahkan pesawat hibah dari negara lain produksi tahun 1980 atau 1970 sebaiknya tidak digunakan lagi.
Syaifullah juga mempertanyakan pernyataan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja bahwa Hercules yang jatuh di Wamena baru tiba di Indonesia pada Februari 2016 setelah dibeli dari militer AU Australia. Pesawat tersebut buatan tahun 1980.
“Pesawatnya dibeli tapi tahun pembuatannya 1980. Kalau begitu belinya bekas untuk apa. Seharusnya belinya pesawat baru, bukan bekas,” kata Syaifullah.
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja menampik tudingan bahwa pesawat tersebut merupakan hibah. “Pesawat Hercules A-1334 merupakan bagian yang kami beli. Yang hibah adalah pesawat sebelumnya,” ujar Hadiyan di Lanud Halim Perdanakusma, Jakarta, Minggu (17/12).