Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian masih menyelidiki kasus penyekapan 11 orang di perumahan Pulomas, Jakarta Timur, kemarin (28/12), yang mengakibatkan enam orang meninggal yang diduga kehabisan oksigen.
Awalnya, kasus itu disangka sebagai peristiwa perampokan dan penyekapan terhadap 11 orang yang diketahui berada di dalam rumah tersebut. Namun, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono menduga kasus itu adalah pembunuhan.
"Tidak ada barang yang hilang, artinya bukan perampokan. Kami temukan adanya penyekapan dan korban meninggal," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korban yang tewas itu sebagian memiliki hubungan keluarga, mereka adalah Dodi Triono (59), Diona Arika Andra Putri (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9). Dua korban lainnya merupakan teman korban dengan nama Amelia Reza Pahlevi (9) dan dua sopir korban yakni Yanto dan Tasrok (40).
Adapun lima korban selamat adalah Emi (41), Zanette Kaslila Azaria (13), Santi (22) dan dua orang pembantu Fitriani dan Windy (23). Kelimanya masih menjalani trauma healling sebagai upaya penyembuhan mental pascakejadian.
Sejauh ini, polisi telah melakukan interogasi awal kepada seorang saksi yang menemukan 11 orang itu. Saksi itu adalah Sheila Putri yang merupakan teman dari Diona.
Argo mengatakan, Sheila dan Diona telah sepakat untuk bertemu Selasa pagi. Namun, sejak Senin (26/12) malam, Sheila yang berusaha menghubungi Diona justru tidak mendapatkan respons.
Pada Selasa pagi, Argo mengatakan, Sheila memutuskan untuk datang ke rumah itu. Sheila masuk ke dalam rumah melalui pintu gerbang dan garasi yang sudah terbuka. Kemudian, dia masuk dan berbelok ke arah kanan yang terdapat satu meja makan.
Saat itu, Sheila mendengar suara rintihan dari ruangan yang berada di sebelah meja makan. Ruangan itu diketahui kamar mandi berukuran 1,5 meter x 1,5 meter.
Sheila melaporkan hal itu kepada ke satpam perumahan. Lalu, bersama-sama dengan satpam, mereka menuju Pos Polisi Kayu Putih supaya dilakukan tindakan.
"Mereka masuk ke rumah itu, mencoba mendobrak kamar mandi namun karena tidak bisa dibuka akhirnya mereka mencari linggis untuk membukanya," ucap Argo.
Saat olah tempat kejadian perkara, polisi mengerahkan anjing pelacak untuk melacak pelaku. Anjing pelacak yang dikerahkan itu menuntun polisi memasuki kompleks kampus Institut Bisnis dan Multimedia ASMI.
Saat diperiksa, polisi tidak menemukan apapun. Anjing pelacak membawa polisi kembali ke TKP, tak berselang lama, anjing pelacak itu kembali menuntun polisi ke dalam kompleks kampus tersebut.
Beberapa jam olah TKP dilakukan, polisi menduga pembunuhan itu dilakukan oleh tiga orang. Dua di antaranya sempat menodong pistol dan satu orang lagi menggunakan golok.
Menurut Kasubdit Kejahatan dan Tindak Kekerasan Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hendy F Kurniawan, keterangan tersebut diperoleh dari pembantu yang selamat.
"Dari keterangan pembantu, ada dua yang menodong korban pakai pistol dan satu lagi bawa golok," ujar Hendy.
Pelaku menodong ke arah sopir penghuni rumah bernama Yanto. Dari keterangan pembantu, kata Hendy, Yanto saat itu hendak mengeluarkan mobil. Namun tiba-tiba pelaku datang dan langsung menodongnya.
Sementara itu Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda mengatakan pembunuhan itu diduga akibat dendam. Hal itu dikatakannya setelah menemui salah satu korban selamat yang juga putri dari Dodi Triono, yakni Zanette Kslila Azaria di RS Kartika Pulomas.
Erlinda mengungkapkan bahwa Zanette bercerita pernah berkata, "papa tidak salah" ketika masih disekap di kamar mandi bersama 10 orang lainnya. Erlinda enggan mengelaborasinya lebih lanjut.
"Biarlah aparat yang membongkar tabir ini. Tapi menurut saya inilah peristiwa yang disebabkan dendam hingga mengorbankan banyak orang," kata Erlinda.