Polri Sebut Salah Paham soal Senjata Selundupan di Sudan

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Selasa, 24 Jan 2017 07:10 WIB
Polri akan mengirim personel ke Sudan untuk mendalami kasus dugaan penyelundupan senjata. Saat ini 139 anggota Polri masih ditahan di Sudan.
Sebanyak 140 personel Kepolisian Negara Republik Indonesja (Polri) yang tergabung dalam pasukan Garuda Bhayangkara II Kontingen Formed Police Unit (FPU) IX resmi diberangkatkan ke Darfur, Sudan. (CNN Indonesia/Martahan Sohuturon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 139 anggota Kepolisian RI ditahan di Sudan. Mereka dituding berupaya menyelundupkan senjata ketika hendak pulang ke Indonesia. Mabes Polri menduga ada kesalahpahaman atas kejadian itu dan segera membantah tuduhan tersebut.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul membenarkan anggotanya ditahan otoritas hukum Sudan. Mereka adalah pasukan perdamaian PBB yang tergabung dalam Formed Police Unit (FPU) 8. Tugas mereka selesai sejak akhir Desember 2016.

"Ada tuduhan kepada FPU 8 ingin menyelundupkan senjata. Menurut Komandan Satgas FPU 8, AKBP Jhon Huntalhutajulu, itu bukan milik mereka," kata Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Senin (23/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, Polri akan mengirim personel ke Sudan untuk mendalami kasus ini. Pihaknya akan berkomunikasi dengan otoritas hukum setempat. Kedubes RI di Sudan juga akan membantu memulangkan para personel Polri.

Martinus meluruskan informasi terkait penangkapan sejumlah pasukan Indonesia di Sudan, lantaran diduga menyelundupkan senjata. Dia menyebut ratusan anggota Polri itu bukan ditangkap, melainkan tertahan sementara.

"Saya tegaskan, mereka bukan ditangkap tapi tertahan kepulangannya," kata Martinus.

Saat ini mereka tinggal sementara di Transit Camp. Sedangkan Garuda Camp yang sebelumnya mereka tempati telah diisi oleh pasukan FPU 9 yang baru tiba dari Indonesia.

Kronologi Kejadian

Martinus menjelaskan kronologi kepulangan FPU 8 hingga muncul tudingan penyelundupan senjata. Setelah menyelesaikan misi perdamaian di Sudan, seluruh anggota tim FPU 8 mulai bersiap kembali ke Indonesia pada 15 Januari 2017.

Sabtu, 21 Januari 2017, semua barang milik pasukan telah dikemas dan dibawa dalam dua kontainer dari Garuda Camp ke Bandara Al Fashir, Sudan. Dua kontainer itu dikawal 40 personel Polri. Sesuai rencana, pada hari itu ada serah terima pasukan FPU 8 dan 9 di Sudan.

"Pada Sabtu pagi, mereka sudah dilakukan pengecekan oleh Unamid. Barang-barang sudah dicek, diteliti dan dimasukkan ke kontainer, lalu ke Bandara," katanya.

Setelah tiga jam perjalanan, kontainer tiba di bandara. Begitu pun dengan anggota Polri yang tergabung dalam tim FPU 8. Para pengawal kontainer ikut menurunkan barang. Seperti biasa, semua barang bawaan diperiksa dengan mesin x-ray sebelum masuk ke bandara.

"Lewat semua (dari mesin x-ray). Barang-barang disusun jadi satu semuanya. Tapi 10 meter dari tumpukan, ada tumpukan lain," kata Martinus.

Seorang petugas bandara kemudian bertanya kepada personel Polri perihal barang yang letaknya dekat dengan koper-koper milik anggota Polri.

"Ini Indonesia punya? Dijawab bukan. Ditanya lagi, dijawab bukan. Sampai tiga kali bertanya, memang bukan karena kopernya berbeda tidak ada label Indonesia, warnanya berbeda," katanya.
Prajurit wanita dari Trimatra TNI mengikuti misi perdamaian PBB.Ilustrasi prajurit wanita dari Trimatra TNI mengikuti misi perdamaian PBB. (Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso)
Seorang petugas lainnya kemudian memasukkan koper mencurigakan tersebut ke mesin x-ray. Barulah diketahui koper yang dipertanyakan itu ternyata berisi senjata.

"Kopernya kan sama, kalau berangkat kayak jemaah haji. Dipastikan itu bukan berasal dari pasukan Indonesia menurut komandan satgas FPU 8," kata Martinus.

Sebelumnya, pasukan Indonesia dikabarkan telah ditahan saat hendak pulang usai menyelesaikan operasi di Sudan. Mereka diduga berupaya menyelundupkan sejumlah senjata dan amunisi yang terdiri dari 29 senapan Kalashnikov, empat buah GM3, dan 61 jenis senjata lain.

Atas kejadian ini, pihak PBB segera melakukan investigasi setelah memperoleh informasi penahanan ini. Tim Polri juga dikabarkan segera bertolak ke Sudan untuk memberikan bantuan hukum dan mencari kejelasan dari permasalahan ini.

Di Sudan, terdapat dua misi perdamaian di bawah bendera PBB, yaitu United Nations Missions in Darfur (Unamid) dan Formed Police Unit (FPU).

Unamid mengerahkan pasukan ke Darfur sejak Desember 2007 silam untuk membantu menghentikan kekerasan yang menargetkan warga sipil di Sudan bagian Barat.

Unamid merupakan salah satu pasukan penjaga perdamaian internasional terbesar. Anggaran tahunan mereka mencapai sekitar US$1,35 miliar. Pada 2012, Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk menurunkan kekuatan komponen militer dan polisi dengan total personel 23 ribu orang. (pmg/yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER