Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo membeberkan proses komunikasinya bersama beberapa menteri dalam menggolkan berbagai target kerja. Dia menyampaikan ‘rahasia’ itu sebelum membuka Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center, Ambon.
Jokowi memulai kisahnya dari kesulitan yang dilalui pemerintah dalam menyamakan harga bahan bakar minyak di Wamena, Papua dengan daerah di Pulau Jawa. Usaha ini dimulai ketika dirinya kunjungan kerja ke Wamena 1,5 tahun lalu.
Ia mendengar banyak laporan tingginya harga BBM di Wamena dan sekitarnya yang bisa mencapai Rp120 ribu per liter. Laporan ini langsung disampaikannya kepada menteri terkait sekembalinya ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, harga BBM di Wamena dan kawasan Papua baru bisa sama dengan daerah di Jawa sekitar pertengahan 2016.
“Menunggu setahun lebih karena banyak yang ambil keuntungan. Tidak mudah. Sudah diperintah, harga saya injak, sudah dimarahi, itu saja sulit," ucap Jokowi di Islamic Center, Ambon, Jumat (24/2).
Pernyataan ini disambut tawa undangan. Setelah itu, Jokowi menceritakan usahanya menyamakan harga semen di Papua. Di sana harga semen bisa mencapai Rp2,5 juta per-sack. Padahal di Pulau Jawa hanya sekitar Rp70 ribu.
Hal ini sempat dibahasnya bersama menteri dalam rapat terbatas. Namun, hal itu tak dipercayai beberapa menteri. Jokowi pun menyatakan, masalah semen belum dapat ditanganinya.
"Saya sudah sampaikan ke rapat. Banyak yang enggak percaya. Yang ini saya belum berhasil harganya belum turun, jurusnya belum ketemu," tuturnya.
Tawa kembali terdengar setelah Jokowi menceritakan hal itu. Tak berhenti di situ, mantan Wali Kota Solo ini mengatakan, ia tak menerima alasan apapun ketika sudah memberikan instruksi.
Hal ini terjadi ketika Jokowi menginstruksikan Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil soal rencana pemerintah menargetkan lima juta bidang tanah tahun ini mendapat sertifikat. Alasannya, baru 46 juta dari 106 juta bidang tanah yang bersertifikat.
Jokowi menuturkan, Menteri Sofyan sempat mengatakan dirinya kekurangan juru ukur untuk dapat memenuhi instruksi tersebut.
"Bukan urusan saya. Pakai segala jurus," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tak bebas dari "sorotan" Jokowi. Ia menginginkan vokasional training dilakukan besar-besaran tahun ini. Sebab, hal ini berpengaruh kepada lulusan terutama siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Ia menginginkan, lulusan SMK berbeda dengan SMA, yakni lebih memiliki banyak ahli sesuai bidangnya. Hal ini yang menjadi pekerjaan bagi Muhadjir.
"Saya enggak tahu selesainya kapan. Tapi saya harap cepat selesai. Makanya beliau semakin kurus," kata Jokowi yang lagi dan lagi disambut tawa keluarga besar Muhammadiyah.
(yul)