Petani Karawang kepada Jokowi: Hidup Kami seperti Pengemis

CNN Indonesia
Rabu, 03 Mei 2017 14:18 WIB
Dalam delapan bulan terakhir, petani Karawang di Jakarta tinggal berpindah-pindah mulai dari penampungan YLBHI dan Kontras, kemudian dijemput Pemda Karawang.
Petani Karawang aksi kubur diri dalam perayaan Hari Buruh 1 Mei. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Belasan perwakilan petani Karawang mengadu kepada Presiden Joko Widodo mengenai permasalahan lahan di tiga desa yakni Margakaya, Margamulya, dan Manajaya.

Salah seorang petani, Budiono, menceritakan kisahnya terluntang-lantung sejak perkara ini. Ia menuturkan, sejak Izin Mendirikan Bangunan dikeluarkan bagi PT Pertiwi Lestari lima tahun lalu, dirinya bersama petani lainnya seperti tak lagi memiliki kehidupan.

Rumah-rumah mereka disamaratakan dengan tanah. Padahal, mereka telah hidup dan menetap di sana bernotabene tanah negara sejak 1962. Tak hanya itu, jalan-jalan umum di kampung sana juga ditutup. Jalan petani dan umum itu sudah ada sejak AMD (ABRI Masuk Desa) sejak 1983.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intimidasi terus berdatangan sejak dulu. Seperti ancaman akan dilaporkan atas dugaan penyerobotan lahan apabila tidak mengambil uang kerohiman Rp30 juta-Rp50 juta. Belasan warga sempat ditahan dengan tuduhan pengeroyokan karena sempat berbenturan dengan perusahaan.

"Hidup enggak, mati enggak kalau kayak begini. Masa jadi pengemis di Jakarta begini. Kami ini warga negara ya dilayakkan seperti yang lain," ujar Budiono di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (3/5).


 Petani Karawang kepada Jokowi: Kami Hidup Tidak, Mati Pun TiPetani Karawang Budiono. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Tidak adanya tempat tinggal, kata Budiono, menyebabkan sekitar 62 anak-anak mereka tingkat SD hingga SMP putus sekolah. Dalam delapan bulan terakhir, mereka tinggal berpindah-pindah mulai dari penampungan YLBHI dan Kontras, kemudian dijemput Pemda Karawang.

Saat itu, mereka dijanjikan akan difasilitasi melalui pembentukan notulen. Namun, kehidupan tak kunjung jelas. Mereka kemudian menetap Rusunawa selama empat bulan. Namun, kehidupan mereka hanya dibantu selama satu setengah bulan. Hal itu menyebabkan mereka kembali ke Jakarta.

Kini mereka ditampung di PP Muhammadiyah cabang Tanah Abang. Sekitar 96 kepala keluarga dengan total 217 warga Karawang tinggal di sana. Ia menuturkan, awalnya mereka ke Jakarta bahkan bersama-sama Petani Kendeng yang juga menyuarakan keadilan.
"Kendeng sudah pulang. Masih ada tempat tinggal. Lah kami diimbau pulang ke lokasi, pulang ke mana? Kami tidak punya tempat tinggal," tutur Budiono.

Sehingga, besar harapan petani aduan ini didengarkan dan diatasi Presiden Jokowi. Menurutnya, ia bersama petani lainnya dapat lebih ekstrem apabila dalam tiga hari Presiden belum dapat memberi keputusan baik bagi mereka. Penambahan peti mati akan dilakukan mendatang.

Diketahui, mereka menyuarakan perkara ini sambil menggelar aksi kubur diri di depan Istana beberapa waktu lalu.

"Mungkin 200-300 peti mati mau kami siapkan. Harapan kami mending ditaruhin bom, dikumpulin gitu. Biar jelas," katanya.

Tetapi, Budiono meyakini Jokowi akan memberikan keputusan baik dalam tiga hari mendatang.

"Insya Allah sudah ada keputusan. Kami yakin Pak Jokowi ada kebijaksanaan untuk rakyat," tutur Budiono.

Setelah mendengar aduan, Presiden Jokowi meminta dua hingga tiga hari untuk menyelesaikan perkara ini dengan memanggil Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER