Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai warga ibu kota, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kinerja Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat selama ini. Meski kalah dalam Pilkada DKI 2017, Ahok dan Djarot telah meninggalkan warisan yang bisa dibanggakan.
Pada pekan ini, Ahok mulai ditahan di Rutan Mako Brimob karena terbukti melakukan penodaan agama, kasus yang menjeratnya sejak akhir tahun lalu. Djarot pun menjadi Pelaksana Tugas gubernur DKI Jakarta.
Salah satu hasil kerja Ahok yang saya rasakan manfaatnya adalah berkurangnya titik banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jujur saja, sebelum ada Ahok, Djarot, bahkan Joko Widodo di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, musim hujan selalu menjadi momok menakutkan.
Ancaman banjir yang membayangi menjadi alasannya. Apalagi ada istilah 'banjir lima tahunan' yang semakin menambah panik tiap musim panas berakhir.
Saat masih tinggal di kawasan Jakarta Selatan, saya memang tak pernah merasakan dampak langsung banjir saat musim hujan datang.
Namun, saya tak menutup mata dan telinga untuk mendapat informasi soal meluapnya air di banyak kawasan.
Setelah pindah ke Jakarta Utara pada 2012, banjir sempat beberapa kali saya alami saat hujan deras turun. Namun, kekhawatiran mengecil karena berkurangnya intensitas bencana tersebut terjadi.
Saya ingat, terakhir kali banjir besar melanda kawasan Jakarta Utara terjadi pada 2015. Itu pun, banjir di kawasan sekitar rumah yang berdekatan dengan Kali Sunter dapat surut dalam hitungan 24 jam.
Tak hanya mengurangi banjir, ia juga berhasil memperbaiki wajah sungai kotor di DKI Jakarta. Walau masih terlihat kotor, sungai di ibu kota harus diakui semakin bersih dan tertata bantarannya sejak Ahok berkuasa.
 Banjir menjadi masalah bagi sebagian warga Jakarta. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja) |
Syukur juga terucap atas kinerja Ahok soal bantuan pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Saya memang tak merasakan langsung manfaat kartu tersebut. Namun, adik saya yang masih menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat terbantu studinya karena KJP.
Teringat betul kenangan sebelum ada bantuan pendidikan, orang tua saya kerap sibuk membeli perlengkapan sekolah tiap tahun ajaran baru tiba. Kebingungan mencari dana untuk membeli perlengkapan sekolah bukan hal yang aneh kala itu.
Hal tersebut berubah sejak dana KJP disalurkan dalam bentuk non-tunai.
Tak hanya soal banjir dan pendidikan, Untuk ruang terbuka hijau saya juga merasa wajib memberi empat jempol bagi Ahok.
Sebelum ia berkuasa, saya kerap sedih melihat minimnya taman di ibu kota. Sekalinya ada, ruang terbuka itu pun jarang yang terawat. "Bagaimana bisa Jakarta bebas banjir dan cukup stok air kalau taman saja sedikit," batin saya sering, dulu.
Janji pembangunan ratusan taman dengan nama lain Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang ditawarkan Ahok sejak 2015 pun awalnya saya anggap angin lalu. Pesimis, sembari kritis berpikir "mana mungkin banyak taman bagus dibangun,
gimana caranya juga".
Tapi ternyata benar ada tambahan banyak taman di DKI, terlebih dalam waktu satu tahun terakhir. Tak hanya bagus, beberapa RPTRA juga luas dan terlihat berbeda dibanding taman-taman terdahulu.
Moda TransportasiTerima kasih juga harus saya berikan untuk Ahok karena telah membenahi infrastruktur pejalan kaki serta pengguna moda transportasi publik.
Sebagai pengguna setia angkot dan bus umum saat masih sekolah dulu, saya sering merasa kesal namun terpaksa 'menikmati' fasilitas kendaraan publik itu.
Tak hanya sering
ngetem sembarangan, lambatnya laju kendaraan dan serampangannya mereka menaikkan serta menurunkan penumpang menjadi sebab rasa kesal muncul.
Kondisi yang sama juga masih terjadi sampai saat ini. Bus dan angkutan umum yang jelek masih beroperasi. Model kerja mereka yang sembarangan juga belum berubah.
Tapi, niat Ahok menjadikan manajemen kendaraan umum di bawah satu kendali setidaknya membuat keadaan jadi lebih baik.
Sejak adanya niat tersebut, saya melihat semakin banyak bis berkualitas bagus melaju di jalanan ibu kota. Bahkan, setahun terakhir bus-bus tersebut ditemukan melintas di ruas-ruas jalan non-protokol.
 Pembenahan bis Transjakarta dilakukan selama kepemimpinan Ahok. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar) |
Terakhir, karena Ahok juga saya bisa merasakan langsung kehadiran aparat pemerintahan provinsi di lingkungan sekitar.
Iseng menggunakan aplikasi aduan
online bernama Qlue, saya pernah mengadukan kotornya tumpukan sampah di daerah dekat tempat saya tinggal.
Selain itu, penuhnya lumpur di got juga ikut diadukan melalui aplikasi itu. Tak disangka, kurang dari waktu satu pekan segala aduan saya sudah diberi tanda hijau yang berarti 'diselesaikan'.
Tanda-tanda lain pun terlihat, semakin jarang ada tumpukan sampah sembarangan dan lumpur yang menyebabkan tingginya muka air got.
Selain prestasi, kontroversi memang kerap dibuat bekas Bupati Belitung Timur itu selama 2,5 tahun menjadi gubernur ibu kota. Pembatasan sepeda motor di ruas jalan tertentu, relokasi, hingga omelan tanpa sensor menjadi contohnya.
Namun, di balik hitam—termasuk kini saat dia tengah dibui, ucapan syukur dan terima kasih sebesar-besarnya perlu saya sampaikan.
Sekali lagi, atas segala kinerja dan dedikasinya untuk warga DKI Jakarta, terima kasih Ahok. Sampai jumpa di lain kesempatan.
(asa)