Jakarta, CNN Indonesia -- Setara Institute mengecam dugaan intimidasi oleh Front Pembela Islam (FPI) terhadap salah seorang dokter di Solok, Sumatera Barat ketika mengkritik Rizieq Shihab terkait dengan kasus dugaan cakap mesum.
Wakil Ketua Setara Institute Bonar Naipospos mengatakan FPI dan sejumlah kelompok lainnya diduga mengintimidasi dokter Fiera Lovita yang bekerja di RSUD Kota Solok, Sumatera Barat.
Hal itu dimulai ketika Fiera mengunggah statusnya di media soal pada pekan ini soal mengapa Rizieq tak kembali ke Indonesia terkait dengan kasus dugaan cakap mesum yang menjeratnya.
“Pernyataan Fiera tersebut diviralkan dengan pelbagai pelintiran dan hujatan kotor,” kata Bonar dalam rilisnya, Sabtu (27/5). “Akibatnya yang bersangkutan mendapatkan intimidasi dari pelbagai pihak.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Southeast Asia Freedom of Expression Network (Safenet) sebelumnya meminta pemerintah Indonesia mewaspadai aksi persekusi yang disebut Efek Ahok atau 'The Ahok Effect'.
Persekusi itu mewujud pada tindak sewenang-wenang dari sejumlah warga untuk memburu dan menangkap seseorang yang diduga telah melakukan penghinaan terhadap ulama dan agama.
Bonar menuturkan Polres Solok diduga juga turut meminta Fiera untuk meminta maaf karena FPI tak senang dengan unggahan status dokter perempuan tersebut.
Setelah kejadian itu, FPI maupun Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI Kota Solok mendatangi Fiera agar yang bersangkutan meminta maaf.
“Kuatnya tekanan dan intimidasi membuat korban saat ini sangat tak nyaman,” kata Bonar. “Polres Kota Solok dan di mana pun harus bersikap tegas terhadap kelompok intoleran.”
Koordinator Regional Safenet Damar Juniarto mengatakan aksi-aksi persekusi atau The Ahok Effect semakin marak setelah Basuki Tjahaja Purnama dipidanakan ke pengadilan dengan pasal penodaan agama.
Indikasinya, kata Damar, terlihat dari kenaikan drastis pelaporan menggunakan pasal 28 ayat 2 Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Tindakan persekusi itu sudah menyebar merata di seluruh Indonesia dan perlu menjadi perhatian serius karena tingkat ancamannya yang nyata," kata Damar dalam pernyataan pers, hari ini.
Saat dikonfirmasi soal kasus Solok, Juru Bicara FPI Slamet Maarif mengatakan belum mengetahuinya dan akan mengecek hal itu terlebih dahulu. "Saya akan cek dulu," kata dia kepada CNNIndonesia.com, hari ini.