Jakarta, CNN Indonesia -- Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon mengatakan penggunaan alat kejut listrik atau
stun gun sangat efektif untuk melindungi diri dari pelaku kejahatan.
Pernyataan Josias ini menanggapi aksi perampokan disertai penembakan di beberapa titik di Jakarta belakangan ini.
Menurut Josias, meski
stun gun merupakan alat permainan tapi daya kejut listrik bisa melumpuhkan. Selain itu, kata dia pengguna tidak perlu khawatir karena resiko kriminalnya sangat minim.
"
Stun gun itu kan permainan di tempat hiburan. Dan itu biasa banget kan. Artinya cara gunakannya aman dan risiko pelanggarannya kecil," kata Josias kepada
CNNIndonesia.com di Jakarta, Rabu (14/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan
stun gun yang diizinkan oleh kepolisian, menurut Josias, juga punya dampak negatif. Sebab, kata dia,
stun gun bisa saja dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan yakni dijadikan alat untuk menakutkan warga.
"Tapi selama ada izin itu enggak masalah. Hanya kalau digunakan untuk kejahatan itu yang masalah," ujarnya.
Kepala Polisi Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochmad Iriawan, pada Selasa (13/6), mempersilakan warga menggunakan
stun gun untuk membela diri dari pelaku kejahatan.
Pernyataan itu dikeluarkan menyusul maraknya aksi kriminalitas di ibu kota selama Ramadan. Iriawan ingin dengan
stun gun masyarakat lebih waspada.
Iriawan merujuk pada kasus penembakan Davidson Tantono di SPBU Cengkareng, Jakarta Barat, dan Italia Chandra Kirana di Karawaci, Tangerang, baru-baru ini. Keduanya tewas setelah ditembak oleh perampok bersenjata api.
Josias mengatakan kasus tewasnya Davidson Tantono dan Italia Chandra Kirana mengindikasikan terjadinya peningkatan kualitas kejahatan.
Jika dulu senjata api rakitan biasa digunakan untuk menghadirkan efek takut, saat ini penjahat telah berani menggunakan untuk menembak mati target.
"Kualitasnya meningkat. Dulu hanya dipakai untuk gertakan saja sekarang dengan mudah untuk mendapatkan apa yang pelaku (kejahatan) inginkan," ujarnya.