Menag Waspadai Pengajaran Agama yang Salah pada Anak-anak

CNN Indonesia
Sabtu, 22 Jul 2017 20:56 WIB
Menteri Agama mengungkap pemaparan pemikiran radikalisme mengancam anak Indonesia yang terpapar pemahaman salah tentang ajaran agama.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddinmengungkap pemaparan pemikiran radikalisme mengancam anak Indonesia yang terpapar pemahaman salah tentang ajaran agama. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan maraknya anak yang terpapar paham radikalisme disebabkan salahnya pengajaran untuk memahami esensi dari agama itu sendiri. Umumnya, kata Lukman, seorang anak yang terkontaminasi pemikiran radikalisme sering merasa pemahaman atau agamanya yang paling benar.

"Sehingga yang salah itu dibenarkan. Nah, ketika dia melakukan itu dengan cara kekerasan maka radikalisme itu jadi moderat," kata Lukman di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (22/7).

Padahal, jelas Lukman, andai seorang anak memahami esensi agama yang sesungguhnya maka tidak akan melakukan hal ekstrem atau kekerasan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlepas dari itu, Lukman menegaskan perbedaan agama ataupun kelompok seharusnya tak dijadikan sebagai suatu persoalan.

"Perbedaan kehendak Tuhan, yang dituntut dari kita itu adalah saling memanusiakan sesama kita meski berbeda keimanan," ujar putra dari menteri agama di era Presiden Soekarno, Saifuddin Zuhri, tersebut.

Atas dasar itu, sambung Lukman, kementerian yang dipimpinnya mengembangkan program edukasi antarguru lintas agama. Lukman mengatakan program edukasi tersebut dikemas dalam bentuk forum group discussion (FGD). Kemudian, Kemenag juga membuat program yang sama terhadap beberapa aktivis atau pelajar terkait keagamanaan.

Sebelumnya, Kementerian Sosial (Kemensos) menyatakan telah menangani 75 anak dari total 161 orang yang terpapar paham radikalisme sejak Agustus 2016 hingga Juni 2017.

Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos, Nahar memaparkan, penanganan yang dilakukan berupa rehabilitas dengan pendampingan orang tua sang anak.

Nahar mengatakan proses rehabilitasi itu umumnya memakan waktu satu bulan. Saat ini, Kemensos telah memulangkan seluruh anak yang terpapar paham radikalisme tersebut.

Kendati demikian, pihaknya menduga jumlah anak yang terkena paham tersebut akan semakin bertambah dan belum berhenti. Dalam pencarian korban, Kemensos sendiri dibantu oleh Kemenag dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri

Penyebab dari terpaan ini, jelas Nahar, pola pengasuhan orang tua yang tidak dekat dengan anak saat belajar. Anak seringkali dibebaskan dalam belajar menggunakan gadget, sehingga dapat membuka internet salah satunya media sosial youtube sepuasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER