Tjahjo: Daerah Bisa Bubarkan Ormas dengan Perda

Damar Sinuko & Patricia Diah Ayu Saraswati | CNN Indonesia
Rabu, 26 Jul 2017 20:03 WIB
Mendagri Tjahjo Kumolo mengungkapkan ada beberapa daerah yang sudah menyiapkan peraturan daerah sebagai tindak lanjut dari Perppu 2/2017.
Mendagri Tjahjo Kumolo mengungkapkan ada beberapa daerah yang sudah menyiapkan peraturan daerah sebagai tindak lanjut dari Perppu 2/2017. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan pemerintah di daerah pun memiliki kewenangan untuk membubarkan organisasi kemasyarakatan (Ormas) sebagai tindak lanjut Perppu 2/2017.

Semua itu, kata Tjahjo, bisa dilakukan lewat pemberlakuan peraturan daerah (Perda) terkait. Tjahjo menyebut saat ini sudah banyak daerah yang tengah menyiapkan perda tersebut meski masih mengacu pada undang-undang ormas.

"Banyak daerah yang sedang siapkan perda walaupun rujukannya UU ormas, ini kan sudah ada Perppu tinggal menunggu DPR," kata Tjahjo usai rapat koordinasi Bela Negara di Kantor Kementerian Pertahanan, Rabu (26/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun terkait ormas yang bakal diatur dalam perda tersebut, kata Tjahjo, hanya yang ada di tingkat daerah saja. Sementara organisasi berskala nasional mengikuti kebijakan pemerintah pusat.

"Daerah ikut pusat walau ada ormas yang fokus tingkat provinsi, kabupaten/kota diatur perda daerah. Ada ormas yang levelnya hanya satu kabupaten, kalau jelas pergerakannya mengubah ideologi negara ya mengingatkan sampai membubarkan," ujarnya.

Implementasi di Daerah

Tjahjo tak menerangkan daerah yang telah menyiapkan perda tindak lanjut Perppu 2017. Namun, secara terpisah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa tengah menyatakan telah mengambil langkah tindak lanjut Perppu tersebut.

Salah satunya, adalah kebijakan Mendagri terkait Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diduga terkait dengan HTI. Pemprov Jateng menyatakan akan menyiapkan mekanisme untuk menginvestarisasi ASN yang terafiliasi HTI.

Kepala Bidang Ketahanan Bangsa Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Tengah Atiek Sunarti menjelaskan bila mekanisme inventarisasi itu bakal dilakukan Pemprov Jateng secara tersistematis.

"Ini kita baru cari mekanismenya, dengan cara yang sistematis. Karena Jawa Tengah terdiri dari 35 Kabupaten/Kota sehingga nantinya mekanisme yang diberlakukan akan sama. Kami lagi membahas ini terus, karena harus bergerak cepat", kata Atiek di Semarang, Rabu (26/7).
Atiek mengatakan saat ini pihaknya belum menerima data pasti tentang jumlah ASN di lingkungan Pemprov Jawa Tengah yang terafiliasi HTI. Selain itu, Atiek pun menilai akan ada kesulitan karena kecenderungan ASN yang terlibat bakal menutup diri atau menyembunyikan hal tersebut.

"Kemendagri sudah memberi sinyal sanksi jadi kebanyakan mereka yang terlibat pasti akan menutup diri dan menyembunyikan identitasnya kalau berbeda ideologi", ujar Atiek.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang Prof. Nyoman Serikat menegaskan bila sanksi yang diberikan kepada PNS yang terlibat HTI harus dilakukan dengan hati-hati.

Pasalnya, tidak semua PNS yang terlibat HTI ini memiliki peran atau jabatan penting di dalam organisasi HTI.

"Memang bagus kalau diberi sanksi, tapi ingat harus hati-hati. Mereka PNS yang terlibat HTI kan belum tentu memiliki jabatan dalam organisasi HTI. Bisa saja mereka cuma simpatisan dan anggota biasa yang ikut-ikut karena doktrinasi, tapi tidak menutup kemungkinan jika ada yang ternyata Ketua Cabang atau Pengurus inti di HTI. Yang pasti, sanksinya tidak sama", ujar Nyoman di lokasi yang sama.

Saat ini, dengan Perppu Ormas, Pemerintah hanya bisa memberikan sanksi administratif terhadap Ormas yang dianggap anti-Pancasila. (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER