Brimob Sebut Senjata Impornya Tidak Berbahaya

CNN Indonesia
Sabtu, 30 Sep 2017 21:11 WIB
Senjata yang diimpor Brimob lebih untuk mengejutkan sasaran, bukan untuk membunuh.
Anggota Korps Brimob Polri berjaga-jaga dengan senjata laras panjang. (Foto: CNN Indonesia/Ahmad Bachrain)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Korps Brimob Polri Irjen Murad Ismail mengungkapkan bahwa 280 pucuk senjata dan 5932 butir amunisi yang diimpornya bukan termasuk senjata berbahaya. Penggunaannya lebih untuk memberi efek kejut pada situasi rusuh.

"Saya tegaskan (senjata ini) bukan untuk membunuh, tapi untuk mengejutkan," kata dia, di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (30/9).


Murad menjelaskan, senjata ini dipakai dalam situasi huru-hara dan sifatnya tidak membahayakan. Misalnya, Polisi menembakkan senjata ini ketika sasaran bersembunyi bersembunyi di balik pohon, agar sasaran kabur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amunisinya pun jenisnya peluru tabur. Larasnya tidak memiliki alur yang biasa ada pada senjata mematikan. Jarak tembaknya paling jauh 100 meter. Penggunanya pun sudah terlatih.

"Semua komandan yang pakai ini sudah pernah kita latih di Cikeas cara penggunaannya," imbuh Murad.

Ia menambahkan, senjata tersebut akan disebar di sejumlah daerah rawan konflik, seperti Poso, Sulawesi Tengah, dan Papua.

Menurutnya, kebutuhan akan senjata itu tak lepas dari fungsi Brimob Polri yang berbeda dengan satuan lain di Polri. Yakni, menangani kasus gangguan keamanan level tinggi, seperti antiterorisme.

"Peran Brimob membantu tentara dalam menghadapi musuh, membantu TNI dalam melawan musuh negara," tambah Murad.


Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, informasi impor dan spesifikasi senjata yang dipesan Brimob Polri tak bisa diungkap lebih jauh karena terkait dengan perundangan.

"Dalam UU tentang Informasi Publik ada beberapa informasi yang dikecualikan. Ada beberapa hal yang tidak bisa kita ekspos disini," tutupnya.

Sebelumnya, beredar informasi tentang kedatangan kargo berisi senjata yang tiba dengan pesawat maskapai Ukraine Air Alliance dengan nomor penerbangan UKL 4024, di Bandara Soekarno Hatta, pada Jumat (29/9) pukul 23.30 WIB. Impor senjata api dan amunisi itu untuk Korps Brimob Polri dilakukan oleh PT. Mustika Duta Mas.

Kargo itu berisi senjata berat berupa, pertama, sebanyak 280 pucuk senjata Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) kaliber 40 x 46mm. Senjata itu dikemas dalam 28 kotak (10 pucuk/kotak), dengan berat total 2.212 kg.

Kedua, amunisi RLV-HEFJ kaliber 40x 46mm, yang dikemas dalam 70 boks (84 butir/boks) dan 1 boks (52 butir). Totalnya mencapai 5.932 butir (71 boks) dengan berat 2.829 kg.

Kedua jenis senjata itu merupakan standar militer. SAGL, menurut situs arsenal-bg.com, merupakan senjata pelontar granat tipe M 406. Sementara, RLV-HEFJ adalah amunisi granat yang digunakan sebagai senjata serbu militer untuk menghancurkan kendaraan atau meterial lapis baja ringan.

Sementara, alamat penerimanya adalah Bendahara Pengeluaran Korps Brimob Polri, Kesatriaan Amji Antak, Kelapa Dua, Cimanggis, Indonesia.

Barang mulai diturunkan dari pesawat, pada pukul 23.45. Aktivitas bongkar muat itu rampung pada Sabtu (30/9) pukul 01.25 WIB. Barang kemudian digeser ke Kargo Unex.

Kargo tersebut diakui masih membutuhkan rekomendasi dari Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dan lolos proses kepabeanan. Pihak Korps Brimob Polri disebut tidak akan mengambil barang tersebut sebelum kedua proses itu rampung.


Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Polri memang melakukan pengadaan senjata jenis MAG 4 dalam APBN 2017. DPR pun sudah menyetujui pembeliannya sebanyak 20 ribu pucuk.

"Polri perlu menjelaskan, apakah senjata dan amunisi ini bagian dari rencana Polri untuk membeli 20 ribu pucuk senjata api," kata dia, dalam siaran persnya.

Menurutnya, hal itu terkait dengan kebutuhan peremajaan senjata api Polri. Sebab, sebagian besar senjata api yang dipegang personilnya tergolong senjata tua dan sebagian hasil kanibal.

"Namun diharapkan senjata yang digunakan Polri adalah untuk melumpuhkan dan tidak sama dengan senjata TNI agar tidak muncul komplain atau protes dari kalangan militer," tambah Neta.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER