Khofifah Tak Anggap Risma Sebagai Rival di Pilgub Jatim

CNN Indonesia
Kamis, 12 Okt 2017 05:02 WIB
Khofifah Indar Parawansa tak menganggap Risma sebagai lawan dalam Pilgub Jatim 2018. Khofifah mengaku punya hubungan dekat dengan Wali Kota Surabaya itu.
Khofifah Indar Parawansa tak menganggap Risma sebagai lawan dalam Pilgub Jatim 2018. Khofifah mengaku punya hubungan dekat dengan Wali Kota Surabaya itu. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat).
Jakarta, CNN Indonesia -- Khofifah Indar Parawansa tak ambil pusing memikirkan para calon pesaingnya di Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018. Bahkan Khofifah tak menganggap Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang digadang-gadang bakal diusung PDI Perjuangan sebagai lawan.

"Saya berkawan sangat dekat dengan Bu Risma di Surabaya," ujar Khofifah saat ditemui wartawan di kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta Pusat, Rabu (10/11).

Khofifah sendiri menganggap Risma sebagai seorang sahabat. Khofifah bercerita, Risma pernah berkonsultasi di rumahnya saat maju di Pilkada Kota Surabaya tahun 2015 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Saat itu Risma agak kesulitan meraih suara kelompok Muslimat Nahdhatul Ulama (NU). Alhasil di putaran kedua Risma meminta bantuan Khofifah untuk menggerakan kelompok tersebut di beberapa basis kantong suara NU di Surabaya.

"Putaran kedua dia tahu persis ke rumah saya, sampai tiga kali ke rumah, dia bawa peta, 'Mbak (Khofifah) nih basis NU muslimat, tolong dong bantu'. Saya bilang, untuk putaran kedua saya tuntun, support Bu Risma," ujarnya.


Khofifah menambahkan, sejak itu dirinya dengan Risma tetap menjalin persahabatan maupun hubungan politik yang baik. Saking dekatnya, Khofifah mengaku rumahnya di Surabaya pernah dijadikan tempat penggalangan masa kampanye atau kegiatan lain oleh Risma saat itu.

"Beberapa kali ada event kampanye, beliau bikin di rumah saya, event jalan sehat startnya di rumah saya di Surabaya. Saya membangun kekerabatan cukup dekat dengan beliau," ujar dia.


Lebih jauh Khofifah menerangkan, dalam dunia perpolitkan, ada perbedaan karakter antara politikus perempuan dan laki-laki. Dia menyadari bahwa ketika perempuan terjun ke dunia politik, hubungan politik antarsesama politikus perempuan harus dilandasi sikap kekerabatan dan demokratis meskipun berbeda partai politik.

"Biasanya perempuan itu membangun soft politic, tidak membangun hard politic. Jadi politik tetap berjalan dengan demokrasi dan kekerabatan," kata Khofifah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER