Jakarta, CNN Indonesia -- Gebrakan dan terobosan Anies Baswedan-Sandiaga Uno selama lima tahun ke depan akan dimulai hari ini, Senin (16/10), tepat setelah mereka dilantik dan resmi menjabat
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Jutaan warga ibu kota menanti janji Anies-Sandi, termasuk para nelayan tradisional Muara Angke, Jakarta Utara.
Mereka harap-harap cemas menanti apa yang bakal dikerjakan Anies-Sandi. Warga menaruh harapan terutama soal pembatalan reklamasi Teluk Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darsito (41) namanya, sudah 21 tahun berlayar di laut utara Jakarta dengan kapal seukuran 3 Gross Tonnage. Berlayar sejak malam hari dan pulang ke daratan pada pagi hari. Begitu setiap harinya, meski, pada kenyataannya tak banyak ikan yang berhasil dia tangkap.
Kehidupan Darsito berubah sejak ada timbunan tanah proyek reklamasi di jalur layar miliknya. Timbunan tanah itu bernama Pulau G, salah satu Pulau Reklamasi yang banyak menuai kontroversi.
Darsito mengeluh. Kesulitannya menjadi nelayan tradisional semakin bertambah sejak Pulau G muncul di jalur layar milik para nelayan tradisional. Kian hari, ikan semakin sulit dicari.
"Susah. Ada daratan jadi harus mutar. Solar mahal. Ikan hilang. Ya tidak ada untungnya kita ,” kata Darsito saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com di atas kapal miliknya, Jumat (13/10).
Darsito, berharap banyak pada Anies dan Sandiaga untuk membatalkan proyek pembangunan Pulau reklamasi di pesisir Utara Jakarta.
Dia masih sangat mengingat janji kampanye Anies dan Sandi dulu, yang gencar menyatakan menolak
proyek reklamasi.
"Dulu kan bilangnya tolak reklamasi," kata dia.
Penolakan terhadap reklamasi adalah kampanye utama yang membuat Anies-Sandi mendulang suara bahkan menang telak dari pesaingnya, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di pesisir Jakarta Utara.
Menurut Darsito, sebagian warga masih percaya ucapan Anies-Sandi yang menolak dengan tegas proyek reklamasi pesisir Utara Jakarta.
Darsito menyalakan rokok, ditemani gempuran ombak kecil yang menghantam kapal tradisional miliknya. Dia menunjuk lahan kosong setengah jadi di tengah laut sambil tersenyum.
"Saya sebenarnya pesimis Pak Anies mampu, Pulau G itu saja sudah seluas itu, tapi mau bagaimana lagi. Meski pesimis saya harus berusaha yakin. Yakin kalau Pak Anies tak akan ingkar janji,” kata Darsito.
 Kehidupan Darsito sebagai nelayan berubah semakin berat sejak ada proyek reklamasi Teluk Jakarta. (CNN Indonesia/Tiara Sutari) |
Ancam Datangi Balai KotaSenada dengan Darsito, harapan dan kecemasan juga membayangi Fatimah (54), seorang pedagang ikan bakar asli Muara Angke.
Fatimah bahkan mengancam bakal mendatangi Balai Kota, jika dalam kurun waktu tiga bulan tak ada keputusan soal pembangunan Pulau Reklamasi. Dia mengaku merugi seiring proyek reklamasi.
"Sebetulnya saya dukung Ahok dulu, tapi karena Ahok mau reklamasi saya akhirnya pilih Pak Anies. Saya nyoblos Anies waktu Pilkada," kata Fatimah saat ditemui CNNIndonesia.com di halaman rumah kayu miliknya yang langsung bersebrangan dengan bibir pantai Muara Angke.
"Awas saja kalau reklamasi dia lanjut juga, saya suruh dia lengser Februari. Jangan kamu bohongi rakyat, utang kamu di akherat," imbuhnya.
 Anies saat kampanye di kampung nelayan Cilincing, Jakarta Utara, di Pilkada DKI 2017 lalu, mengangkat itu tolak reklamasi Teluk Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Fatimah mengibaratkan Anies sebagai penyelamat. Dia merasa Anies lah yang bisa menolong masyarakat pesisir dari pembangunan bernama
reklamasi Teluk Jakarta.
Ibu beranak empat itu sehari-hari berjualan ikan bakar. Ikan didapat dari suaminya yang seorang nelayan tradisional.
Menurutnya, reklamasi menjadi bencana besar untuk kehidupan ekonomi keluarganya.
“Belum lagi air pasang gara-gara reklamasi makanya suka bikin banjir, belum lagi suami saya susah dapat ikan, mesti dia berputar juga kalau lagi melaut. Hidup ini susah, Pak Anies kamu harus selamatkan kami dari reklamasi," kata dia.
Reklamasi di Jakarta Utara sempat dihentikan pembangunannya. Dalam waktu dekat, pembangunan 17 pulau itu akan kembali diteruskan menyusul keputusan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, mencabut moratorium terhadap tiga Pulau reklamasi pada 5 Oktober lalu.
Luhut mengatakan, setelah moratorium resmi dicabut, pengembang dipersilakan kembali menimbun pasir di Pesisir Utara Jakarta.
Mendung kecemasan lagi-lagi menggelayut di benak para nelayan di Pesisir Jakarta.
Ketakutan akan arus air yang berubah, menghilangnya ikan-ikan sumber penghidupan, dan dampak lingkungan akibat reklamasi, semakin menjadi-jadi. Di sisi lain, hingga menjelang pelantikan, tak satu pun kata diucapkan Anies-Sandi soal masa depan janji-janjinya menolak
reklamasi.
[Gambas:Video CNN]