Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian menolak anggapan aksi terorisme berkaitan dengan Islam atau sebaliknya.
Penolakan itu disampaikan Tito dalam orasi ilmiah saat dikukuhkan menjadi Guru Besar untuk studi strategis kajian kontra terorisme oleh Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Kamis (26/10).
Menurutnya, sejumlah kalangan atau kelompok tertentu telah membajak dan mengartikan ajaran Islam untuk mencapai tujuan pribadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terorisme bukan berarti Islam. Islam bukan berarti terorisme. Tapi ada ajaran Islam yang dibajak dan diartikan berbeda-beda oleh kelompok untuk mencapai tujuan mereka. Islam adalah agama yang damai," kata Tito di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan, Kamis (26/10).
Tito menjelaskan, teroris tidak hanya berasal dari kalangan pemeluk agama Islam. Menurutnya, dalam sejumlah kasus teror pelaku justru berasal dari agama lain.
"Kita menyadari ada kelompok kecil menyalahgunakan itu kemudian melakukan aksi kekerasan. Itu persoalannya, apapun tujuannya,” kata dia.
Pulau Jawa menjadi sasaran para pelaku teror saat ini, kata Tito, karena mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pulau ini.
"Jawa ada 140 juta penduduk saat ini merupakan hutan belantara manusia dan ini adalah sangat ideal untuk urban warfare, perang kota," tutur jenderal bintang empat itu.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang hadir dalam acara mengapresiasi orasi ilmiah Tito. Dia menilai, orasi ilmiah Tito sangat komprehensif.
Luhut pun memuji Tito yang menggabungkan dua hal, yakni status sebagai praktisi dan akademika, menjadi satu. Dia meyakini, Tito dapat membawa Polri menjadi lebih baik dalam mengamankan negara.
“Bangga dengan pengangkatan Pak Tito profesor. Menurut saya, sangat pantas sekali. pidatonya juga tadi sangat komprehensif,” kata dia.