Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPR, Fadli Zon menganggap riwayat hidup terdakwa dugaan kasus pelanggaran terhadap Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Buni Yani patut dibukukan.
Fadli mengaku miris dengan nasib Buni yang terancam hukuman penjara meski telah menjalani hidup yang mulia dengan latar belakang keluarga lintas agama.
"Saya kira harus dibuat bukunya supaya nanti tidak terulang lagi satu peristiwa yang dialami saudara Buni Yani," kata Fadli saat bertemu dengan Buni Yani di kompleks parlemen, Kamis (2/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan itu Buni Yani menceritakan banyak hal kepada Fadli. Di antaranya soal latar belakang keluarganya yang menganut beragam agama, serta riset doktoralnya yang terhenti akibat harus menjalani sidang pelanggaran UU ITE terkait unggahannya mengenai Ahok.
Fadli terutama prihatin dengan nasib Buni yang tidak bisa melanjutkan riset doktoralnya akibat kasus hukum yang menjeratnya. Menurut Fadli, ada banyak hikmah yang didapat masyarakat jika kisah hidup Buni dibukukan.
"Saya kira ini satu pengalaman hidup yang luar biasa," kata dia.
Fadli lalu berharap Buni mendapat keadilan saat menjalani sidang putusan pada 14 November mendatang. Dia menegaskan tidak akan mengintervensi hukum yang sedang berjalan. Namun, Fadli mengatakan DPR akan mengawasi sidang putusan yang akan dihadapi Buni tersebut.
"Saya kira nanti vonis ini akan menentukan juga bagaimana proses penegakkan hukum ke depan," ujarnya.
Buni Yani dalam pertemuan dengan Fadli Zon memang menceritakan latar belakang keluarganya yang berbeda agama.
Ibunda Buni pindah agama dari Islam menjadi Protestan demi menikah dengan pria asal Manado.
Ada pula saudara Buni yang akhirnya pindah ke agama Hindu kala menikah dengan warga asal Lombok. Meski begitu, Buni mengaku keluarga besarnya tetap hidup bahagia karena menghargai perbedaan.
"Kalau ada acara besar, semua datang ke rumah. Kita sangat plural," ucap Buni kepada Fadli.
Buni yang beragama Islam juga menceritakan riwayat hidupnya sebagai minoritas, ketika menempuh pendidikan S1 program studi Sastra Inggris 5,5 tahun.
Kemudian Buni mendapat beasiswa dari seseorang yang berbeda agama untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat.