Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan pemerintah akan melakukan tindakan tegas untuk mengatasi berbagai kelompok dan tindakan radikalisme yang ada di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Wiranto menanggapi temuan Setara Institute masih ditemukannya penyebaran paham radikalisme di wilayah Depok dan Bogor.
"Kalau bicara radikalisme itu kita tidak kemudian pilih kasih dan berpikir panjang, di mana saja kalau radikalisme kita netralisir, kita selesaikan," kata Wiranto di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (2/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Wiranto menyampaikan untuk melalukan tindakan tersebut, pemerintah perlu memiliki bukti-bukti yang kuat, sehingga tidak justru menjadi bahan hoaks dan memunculkan berbagai isu yang justru dipelintir pihak-pihak tertentu.
Jika memang ada bukti tentang kelompok atau tindakan radikalisme tersebut, kata Wiranto, pemerintah tidak akan pandang bulu untuk segera menuntaskannya.
Apalagi, lanjutnya, jika aksi radikalisme tersebut telah menganggu kentetaraman masyarakat dan menganggu stabilitas nasional.
Mantan Menhankam/Pangab itu juga menuturkan radikalisme memang tidak seharusnya berkembang di sebuah negara hukum dan negara yang berpaham demorkasi.
Selain itu, menurutnya radikalisme merupakan musuh semua negara, termasuk Indonesia.
"Jadi enggak usah diributkan kalau ada aparat kepolisian mengatasi aksi radikal di mana saja," ujar Wiranto.
Sebelumnya, Setara Institute melakukan penelitian terhadap sejumlah masjid yang berada di Kota Depok dan Bogor sepanjang Agustus hingga Oktober.
Berdasarkan penelitian tersebut, tercatat ada 529 masjid dan 927 musala di Depok. Jumlah itu terdiri dari masjid pemerintah atau BUMN, masjid donasi individu, masjid umum di perumahan dan masjid kampus.
Peneliti Setara Institute Sudarto mengikuti hampir setiap pengajian di masjid yang berada di kawasan Depok, masjid yang berada di dalam Universitas Indonesia (UI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah.
Berdasarkan penelitian partisipatif, di mana peneliti mengikuti setiap pengajian di masjid-masjid kawasan sana, ada beberapa titik yang dinilai menjadi sarana penanaman gagasan radikalisme dan intoleransi.
(kid)