Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical meminta Ketua Umum Partai Golkar
Setya Novanto untuk menyerahkan diri ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sejak semalam, Setnov yang juga Ketua DPR dicari tim penyidik lembaga antirasuah.
"Iya, bagusnya begitu (Setya Novanto menyerahkan diri). Ikuti hukum, ikuti proses hukum," kata Ical usai diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (16/11).
Ical diperiksa sebagai saksi untuk Setnov, tersangka korupsi proyek pengadaan e-KTP yang ditaksir merugikan negara hingga Rp2,3 triliun. Dia diperiksa penyidik KPK sekitar 5 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Ketua Umum Golkar itu mengaku tak mengetahui keberadaan Setnov. Menurut Ical, sejak bertemu dengan Setnov di DPP Golkar pada pekan lalu, dirinya tak pernah berkomunikasi lagi.
"Mana saya tahu, saya enggak tahu," tuturnya.
Ditanya Tugas SetnovIcal mengaku ditanya tentang tugas dan tanggung jawab
Setya Novanto selaku pimpinan partai berlambang beringin tersebut. Selain itu, Ical juga ditanya mengenai proyek e-KTP senilai Rp5,9 triliun itu, di mana ketika bergulir Ical tengah memimpin Golkar.
"Tentang bagaimana apa, namanya tentang tugas dan tanggung jawab ketua umum Partai Golkar, organisasi partai, dan bagaimana kemudian apakah mengetahui tentang e-KTP, itu saja," tuturnya.
Selain memeriksa Ical, penyidik KPK juga memanggil Made Oka Masagung, keponakan Setnov, Irvanto Hendra Pambudi dan Ahmad Haviz.
KPK telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Setnov sejak Rabu (15/11) malam. Setnov dianggap tak kooperatif, setelah mangkir empat kali berturut-turut dari panggilan penyidik KPK.
Tiga kali Setnov mangkir sebagai saksi untuk tersangka Direktur Utama PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudihardjo dan satu kali sebagai tersangka.
KPK masih belum bisa mendeteksi keberadaan mantan Ketua Fraksi Golkar tersebut. Setnov dipastikan tidak ada di rumah pribadinya. Lembaga antirasuah yakin
Setya Novanto masih berada di Indonesia.
[Gambas:Video CNN] (djm/djm)