Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Jenderal Gatot Nurmantyo menempati posisi pertama sebagai tokoh yang dinilai paling layak untuk jadi calon wakil presiden di Pemilu 2019. Sejumlah nama lain juga muncul, salah satunya nama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.
Hasil survei lembaga Poltracking menunjukkan elektabilitas
Gatot saat ini adalah 13,7 persen. Beda tipis dari Agus Harimurti Yudhoyono, Anies Baswedan dan Sri Mulyani yang masing-masing punya elektabilitas 13,2 persen dan Ahmad Heryawan (2,8 persen)
Sementara Budi Gunawan atau BG, elektabilitasnya sebesar 2,3 persen. Angka ini bahkan lebih besar dari tingkat keterpilihan Muhaimin Iskandar (1,8 persen), Puan Maharani (1,2 persen), Muhammad Zainun Majdi (1,3 persen), Zulkifli Hasan (1,1 persen), dan Budi Waseso (0,9 persen).
Survei digelar Polrtracking pada 8 hingga 15 November 2017 dan melibatkan 2.400 responden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini dalam simulasi 10 nama. Namun,
undecided voters masih tinggi, yaitu 47,5 persen. Artinya, potensi meningkatkan elektabilitas masih besar," kata Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha, saat memberikan keterangan pers di salah satu hotel di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (26/11).
Elektabilitas nama-nama tersebut berubah ketika dipasangkan dengan Joko Widodo di Pilpres 2019, kebanyakan menjadi bertambah.
 Hasil survei Poltracking menyebut elektabilitas Gatot Nurmantyo untuk jadi Cawapres saat ini masih tertinggi. (ANTARA FOTO/Dewi Fajriani) |
Gatot elektabilitasnya akan meningkat menjadi 16,4 persen, Agus (16 persen), dan Sri (4,3 persen). Sementara untuk BG elektabilitasnya tak berubah jika dipasangkan dengan Jokowi.
Untuk posisi calon presiden, nama Jokowi lagi-lagi masih teratas dengan elektabilitas 41,5 persen. Sama seperti hasil survei lembaga yang lain, berada di posisi dua ada nama Prabowo Subianto dengan elektabilitas 18,2 persen.
Menyusul nama Agus Yudhoyono (3,9 persen), Gatot Nurmantyo (3,1 persen), dan Anies Baswedan (3 persen). Nama Budi Gunawan juga muncul di bursa capres namun elektabilitasnya rendah yakni 0,3 persen.
Hanta mengatakan, munculnya nama-nama ini merupakan hasil riset, pertanyaan kepada sejumlah partai politik, dan survei sebelumnya.
Menurutnya, nama-nama yang lahir dari ketiga langkah tersebut menjadi bahan yang diajukan pihaknya kepada responden.
"Kami sebelum survei, ada
praresearch, kedua tanya elite partai, ketiga
tracking survei sebelumnya," kata Hanta.
(sur)