Ketika Ketut Sunaryo Pilih Ternak Ketimbang Mengungsi

Dias Saraswati | CNN Indonesia
Kamis, 30 Nov 2017 21:16 WIB
Ketut Sunaryo juga percaya pada pengalaman ayahnya saat erupsi Gunung Agung pada 1963 silam, bahwa desa tempat tinggalnya tak kena letusan.
Erupsi Gunung Agung. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Karangasem, CNN Indonesia -- Ketut Sunaryo, warga Banjar Pengeno, Tulamben, Karangasem, Bali tengah duduk bersantai di tengah ancaman bahaya erupsi Gunung Agung. Ia duduk bukan di posko pengungsian, melainkan di dekat sebuah gubuk kecil, kandang sapi miliknya.

Lokasi gubuk tersebut berjarak kurang lebih 6 km dari Gunung Agung. Sementara rumah Sunaryo, lebih dekat lagi dari Gunung Agung karena hanya berjarak sekitar 5 km. Dengan jarak segitu, wilayah tempat tinggalnya ini masuk dalam zona merah bahaya letusan Gunung Agung.

Meski masuk zona merah, namun Sunaryo bergeming. Pria kelahiran tahun 1972 itu memilih tinggal di rumah serta beraktivitas biasa seperti mengawasi dan memberi makan ternak-ternaknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sunaryo enggan tinggal di posko pengungsian atau pergi ke tempat lain yang berada di zona aman bahaya letusan Gunung Agung. Dia mengungkapkan alasannya.

Sunaryo bercerita, kisah ayahnya saat terjadi letusan Gunung Agung pada 1963 silam. Ayahnya mengatakan kalauBanjar Pengeno tak terkena letusan Gunung Agung kala itu.

"Cerita bapak saya di sini itu tidak kena letusan," kata Sunaryo saat ditemui CNNIndonesia.com, belum lama ini.

Ketika Ketut Sunaryo Pilih Ternak Ketimbang MengungsiKetut Sunaryo, Warga banjar Pengeno, Tulamben yang memilih bertahan di kampungnya meski Gunung Agung telah ditetapkan berstatus awas. (CNN Indonesia/Andry Novelino)



Berdasarkan cerita ayahnya, pada 1963 silam itu, gempa sering terjadi menjelang Gunung Agung meletus. Para warga pun melakukan sesuatu saat gempa terus terjadi kala itu.

"Dulu waktu mau meletus kita duduk begini (bersila). Kita duduk, rebah, duduk, rebah, karena lindu (gempa)," ujarnya.

Pengalaman ayahnya yang pernah mengalami secara langsung letusan Gunung Agung 54 tahun lalu itu yang meyakinkan keputusannya untuk tidak mengungsi. Ia selalu percaya akan perkataan orang tua.

"Itu makanya saya percaya sama orang tua," ujar Sunaryo.


Sunaryo mengungkapkan saat ini ayahnya juga memilih tinggal di rumah ketimbang mengungsi. Ia pun memutuskan hal sama karena percaya dengan pengalaman ayahnya itu.

Di satu sisi, hampir seluruh warga di Banjar Pengeno ini sudah pergi mengungsi. Hanya menyisakan Sunaryo dan keluarganya yang berjumlah 11 orang.

"Kosong, semua sudah mengungsi sama sapi-sapinya," kata Ketut.

Ketika Ketut Sunaryo Pilih Ternak Ketimbang MengungsiErupsi Gunung Agung. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana).

Ketika disinggung soal bahaya aliran lahar maupun lahar dingin dari Gunung Agung, Ketut tak mencemaskannya. Kata dia, lahar mengalir dari kawah Gunung Agung karena sudah ada jalur alirannya.

"Sudah ada jalannya itu, sudah ada jalan, kan enggak mungkin dia (aliran lahar) sembarangan jalan," tutur Sunaryo.

Di sisi lain, Sunaryo juga mengaku alasan lain yang membuat dirinya tidak mau mengungsi karena tak mau meninggalkan ternak-ternaknya.

"Saya punya 30 ternak, enggak mungkin saya tinggal," ucap Sunaryo.


Sunaryo menyampaikan, dirinya baru akan mengungsi jika sudah ada material dari Gunung Agung yang memberikan dampak besar di desanya.

"Saya kalau belum hancur lebur enggak mau mengungsi, kalau sudah hancur lebur baru mengungsi, sekarang kan baru kecil-kecilan," ujar Sunaryo.
[Gambas:Video CNN] (osc)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER