Fahri Hamzah Kenang akan Ditangkap pada Aksi 411

Ramadhan Rizki Saputra | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Des 2017 12:57 WIB
Fahri Hamzah mengaku pernah dituduh menghasut untuk melakukan makar pada Aksi Bela Islam 4 November 2016. Dia juga mendapatkan informasi akan ditangkap.
Fahri Hamzah sat ikut hadir dalam Aksi Bela Islam, pada 4 November 2016. Ketika itu, ia berpidato yang dituding berisi hasutan untuk melakukan makar. (Foto: CNN Indonesia/Denny Aprianto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berpengalaman nyaris dijerat dengan tuduhan makar, Wakil ketua DPR Fahri Hamzah lebih memilih bercerita soal ceramah tentang Islam moderat saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Istana Bogor, saat berpidato di depan acara Reuni Alumni 212, di Monas, Jakarta, Sabtu (2/12).

"Ketika Aksi 411 saya mendapatkan laporan dari pejabat negara bahwa saya akan ditangkap. Saya katanya menghasut, saya memberitahu cara menjatuhkan Presiden. Menjatuhkan Presiden itu konstitusional. Kalau Presiden melanggar (konstitusi) maka dia dijatuhkan secara konstitusional," ujar dia.


Sebalumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan bahwa kepolisian tengah mempelajari orasi Fahri Hamzah dalam Aksi 411, di sekitar Istana Negara, Jumat pada tahun lalu. Dalam orasinya, Fahri sempat menyinggung soal penggulingan Presiden Joko Widodo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya, kami akan pelajari apakah itu bisa masuk ke dalam pasal makar. Kalau masuk ke dalam pasal makar ya kami proses hukum, prinsipnya begitu," kata Tito, di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Selasa (8/11/2016).

Relawan Solidaritas Merah Putih kemudian melaporkan Fahri atas pidatonya itu ke Polda Metro Jaya, pada 11 November 2016.

Saat itu, Fahri disebut berorasi dengan dugaan melakukan penghasutan, yakni memberitahukan cara menjatuhkan Presiden Joko Widodo, dan menuding Presiden melanggar hukum berkali-kali.


Selain itu, dalam orasinya Fahri disebut pelapor menuding Presiden telah menginjak simbol-simbol agama Islam, dan menuding Presiden melindungi kafir yang telah menistakan agama.

Fahri melanjutkan ceritanya soal peringatan Maulid Nabi di Istana Bogor. Menurutnya, penceramah ketika itu berbicara tentang karakter umat Islam. Bahwa, umat harusnya menjadi umat pertengahan, umat yang moderat, dan tidak ekstrem. Konsep moderat ini memungkinkan terwujudnya NKRI.

"Ekstremitas adalah proyek negara barat, proyek pemecah belah, bukan karakter umat Islam. Saya lihat Pak Jokowi mengangguk-angguk," ungkap dia.

Sayangnya, kata Fahri, umat Islam Indonesia yang moderat itu justru dikriminalisasi dengan berbagai tuduhan. Misalnya, dengan dugaan ujaran kebencian. "Mereka anggap itu ISIS, otaknya kayanya sudah di rusak sama setan. Semoga pejabat itu otaknya bersihin dari setan-setan," cetus dia.


Gelaran Reuni Alumni 212 itu merupakan acara peringatan setahun Aksi 212. Ribuan warga yang berasal dari bebragai ormas ataupun peroangan memadati kawasan Monas. (arh/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER