Marsekal Hadi Sebut Terorisme dan Perang Siber Tantangan Baru

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Rabu, 06 Des 2017 14:27 WIB
Hadi Tjahjanto menilai terorisme sebagai alat pengondisian suatu wilayah. Dia menilai perang di dunia maya jadi pertimbangan utama keamanan nasional.
Calon Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, terorisme merupakan tantangan global yang harus diwaspadai. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Calon Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, terorisme merupakan tantangan global yang harus diwaspadai. Menurutnya, terorisme saat ini telah didijadikan alat untuk menguasai suatu wilayah.

Hal tersebut disampaikan dalam paparan visi dan misinya sebagai calon Panglima TNI pada rapat dengar pendapat umum dengan Komisi I DPR, Jakarta, Rabu (6/12).

"Pada perkembangan selanjutnya, terorisme juga sebagai alat pengondisian wilayah," ujar Hadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan, terorisme rentan terjadi di semua negara, tidak terkecuali di negara adidaya. Pada perkembangnnya, menurut Hadi, terorisme merupakan ancaman global yang harus diperangi bersama.

Hadi mencontohkan, pengondisian wilayah akibat terorisme terjadi di kawasan Timur Tengah, seperti Suriah dan Irak. Ia berkata, terorisme di kawasan tersebut bahkan sudah bersifat proxy war dan hybrid war.

Proxy war adalah konflik antardua negara yang terjadi secara tidak langsung karena melibatkan pihak ketiga. Sementara Hybrid War adalah perang yang mencampurkan perang konvensional, ireguler, dan siber.

Lebih lanjut, Hadi menyebut, perkembangan teknologi informatika yang sangat cepat juga semakin menunjang gerak individu atau kelompok terorisme untuk merealisasikan kepentingannya.

"Arus globalisasi informasi yang tidak mungkin dibendung (juga) telah mampu secara cepat menyebarkan pengaruh dan bahkan mengaktifkan sel tidur atau simpatisan di dunia untuk mendukung kepentingannya," ujarnya.

Di sisi lain, Hadi menyebut, perang di dunia maya (cyber warfare) juga harus menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pertahanan dan keamanan nasional.

Sebab, dimensi siber saat ini dihuni hampir 2/3 manusia modern yang memiliki beragam kepentingan. Dimensi siber, menurutnya, memiliki dampak yang sama dengan senjata kinetik.

Kekuatan perang itu, kata dia, terlihat saat Amerika Serikat dan Israel menghentikan program nuklir yang dilakukan Iran melalui virus stuxnet.

"Meskipun serangan stuxnet belum mampu menghentikan program nuklir Iran, namun konsep ini menunjukkan bahwa serangan siber dapat menjadi suatu opsi yang setara dampaknya dengan senjata kinetik," ujarnya. (pmg/djm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER