Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebut, pencalonan Siti Hediyati Hariyadi alias Titiek Soeharto sebagai Ketua Umum Partai Golkar adalah upayanya untuk meraih posisi tawar dan posisi yang lebih baik di kepengurusan Golkar selanjutnya.
"Ini langkah Titiek untuk menaikan posisi tawar, misalnya, agar dimasukkan dalam struktur kepengurusan Ketua Umum mendatang dalam posisi yang lebih startegis. Ini biasa, calon yang maju untuk menaikan
bargaining," ucap dia, kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/12).
Sementara, lanjutnya, dukungan riil kepada Titiek sendiri tidak besar. Selain dipandang cuma memanfaatkan nama besar ayahnya, Presiden RI ke-2 Soeharto, Titiek juga belum memiliki karya politik yang nyata. Di sisi lain, era Soeharto di Golkar, yang pernah dipimpinnya itu, sudah lewat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melihat belum ada kerja politik yang sistematik, kecuali memanfaatkan nama besar ayahnya," cetus Burhan.
Hal ini terbukti dengan hasil buruk yang didapat anggota Keluarga Cendana lainnya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soharto, dalam gelaran Musyawarah Nasional Partai Golkar di Riau, pada 2009. Ketika itu, Tommy meraih nol suara. Sementara, Aburizal Bakrie mendapat 296 suara, dan Surya Paloh 240 suara.
Namun demikian, sambung Burhan, tidak signifikannya kekuatan Titiek bukan berarti kemenangan bisa terjamin di tangan kandidat Ketua Umum lainnya. Yakni, Airlangga Hartarto. Kuncinya ada di keputusan pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar.
Menurutnya, ada kemungkinan faksi di Golkar yang dekat dengan Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar non-aktif, berupaya memundurkan jadwal Munaslub paling tidak ke Januari. Tujuannya, memberi waktu untuk mendekati kepengurusan daerah.
"Kita tidak bisa ambil kesimpulan pertarungan selesai. Muanslub belum
clear," tandasnya.
Belum lama ini, Titiek, yang juga menjabat Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, menyebut bahwa ia siap berkompetisi dengan semua kandidat Ketua Umum. Termasuk, Airlangga. Ia mengaku, kesiapannya maju sebagai kandidat Ketua Umum ini terkait dengan keprihatinan Keluarga Cendana atas kondisi Golkar.
"Kami sangat prihatin, saya, keluarga Pak Harto, bersama saudara-saudara saya, kami sangat prihatin apa yang terjadi di Golkar saat ini," kata Titiek, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (5/12).
Titiek juga mengaku tak risau dengan stigma Orde Baru. Baginya, era Orba memiliki keuntungan tersendiri yang dirindukan sejumlah pihak. "Ya terserah yang mau nilai bagaimana, emang nyatanya orang-orang (bilang) enakan zaman Orde Baru kan?" klaimnya.
(arh/arh)