Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua DPP Partai Golkar Meutya Hafid mengatakan, revitalisasi atau perombakan kepengurusan Partai Golkar jangan sampai hanya sekadar ganti gerbong lama dengan gerbong baru.
Meutya berpendapat, jika revitalisasi kepengurusan Golkar hanya sekadar mengganti wajah lama menjadi wajah baru, itu bukan bertujuan untuk melakukan pembaruan di internal Golkar.
"Itu bukan pembaruan, itu justru tradisi lama di Golkar bahwa setiap munas ada ganti gerbong," kata Meutya dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (20/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meutya mendukung semangat pembaruan yang ingin dilakukan Golkar saat ini. Namun, dia juga menegaskan pembaruan juga jangan dilakukan atas pertimbangan faksi atau kelompok semata.
"Pembaruan yang dimaksud adalah berdasar kompetensi bukan hanya berdasar pertimbangan faksi-faksi," ujarnya.
Meutya pun memberikan dukungannya kepada Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk bisa melakukan pembaruan di tubuh partai berlambang beringin tersebut.
Selain pembaruan dalam kepengurusan, Meutya juga menyinggung pembaruan dari sisi pelibatan perempuan di bidang-bidang strategis Partai Golkar.
Mantan jurnalis ini berpendapat, revitalisasi kepengurusan juga harus diikuti semangat representasi perempuan di kepengurusan partai. Apalagi ciri khas partai modern adalah partai yang tak bias gender.
"Di negara-negara maju malah ketua umum perempuan adalah hal yang lazim," tutur Meutya.
Meskipun saat ini Golkar telah memenuhi 30 persen kuota bagi perempuan, Meutya merasa hal tersebut belum cukup. Sebab yang menjadi persoalan bukan sudah terpenuhinya kuota tersebut atau bukan, tetapi bagaimana Golkar bisa melibatkan perempuan di posisi strategis atau kunci.
"Kader-kader perempuan ini sering terlupa dan hanya diingat ketika harus memenuhi 30 persen," ucap Meutya.
(osc/djm)