ANALISIS

Nasib Elektabilitas Golkar di Tangan Airlangga

S. Yugo Hindarto & Christie Stefanie | CNN Indonesia
Kamis, 21 Des 2017 10:20 WIB
Airlangga bisa mendongkrak elektabilitas partai Golkar selama dia bisa menjaga hubungan baik dengan Jokowi dan membuktikan bahwa Golkar adalah 'Partai bersih'.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan sambutan saat penutupan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Jakarta, Rabu (20/12). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Airlangga Hartarto resmi menjadi nakhoda baru Partai Golkar menggantikan Setya Novanto. Usai dikukuhkan lewat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) partai beringin, Menteri Perindustrian itu langsung memasang target untuk Pemilu 2019.

Berbicara kepada wartawan di Balai Sidang Jakarta Convention Center, Senayan, Rabu (20/12, Airlangga menargetkan 16 persen suara pada pemilihan legislatif.

"Kami punya harapan memperoleh 110 kursi di DPR," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut, pengamat politik (Center for Strategic and International Studies) Arya Fernandez, target Airlangga untuk meraih 16 persen suara sangat realistis. Mengingat pada Pemilu 2014, Golkar meraup 18.432.312 suara atau 14,75 persen perolehan suara secara nasional.

"Hanya ada peningkatan sekitar 1,25 persen. Airlangga sadar, target tersebut tidak muluk-muluk dan masuk akal," kata Arya saat dihubungi CNN Indonesia.com, Kamis (21/12).


Arya menilai peningkatan elektabilitas Golkar sangat dipengaruhi kinerja Airlangga dan bukan faktor ketokohan Airlangga. Bila Airlangga berhasil membuktikan kerjanya, dan mewujudkan slogan-slogan 'Golkar Bersih', maka target yang dia pasang sangat mudah untuk diwujudkan.

Lagipula, kata sambung Arya, Golkar berbeda dengan partai-partai lain yang bertumpu pada sosok figur seperti Demokrat yang sangat bergantung dengan figur SBY, atau PDIP yang sekarang bertumpu pada Jokowi, dan juga yang melihat faktor Megawati.

"Di Golkar faktor Ketua umum tidak terlalu dominan. Siapapun ketua umumnya tidak terlalu berpengaruh. Golkar itu kekuatannya ada pada kerja politik. Airlangga harus menjaga momentum hubungan baiknya dengan pemerintah untuk memperbaiki elektabilitas dengan Golkar " katanya.

Arya menjelaskan, meskipun pada Pemilu 2014, Golkar meraih 14,75 persen suara, elektabilitas Golkar terus merosot sejak sejumlah persoalan mendera partai yang pernah berkuasa di era orde baru itu.

Merujuk survei CSIS periode 23-30 Agustus 2017. Elektabilitas Golkar hanya sekitar 10,9 persen. Berada di urutan ketiga setelah PDIP dengan 35,1 persen dan Gerindra 14,2 persen.

Populasi survei tersebut merupakan warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih dalam Pemilu atau telah berusia 17 tahun ke atas ketika survei dilakukan yang dipilih secara acak. Jumlah responden survei sebesar 1.000 orang yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia.

Menurut Arya, penurunan elektabilitas Golkar disebabkan sejumlah faktor termasuk kasus korupsi e-KTP yang melibatkan Setya Novanto.

"Airlangga harus berupaya keras, dan benar-benar mewujudkan slogan Golkar Bersih untuk memperbaiki elektabilitas. Ini tak mudah, karena kasus Setnov, eksesnya secara pemberitaan cukup besar," kata dia.

Namun, dikatakan Arya, Airlangga bisa meraih target 16 persen suara pada Pemilu 2019, selama dia mampu menjaga relasi dengan pemerintah serta membuktikan kepada masyarakat bahwa Golkar adalah 'partai bersih'.

[Gambas:Video CNN]

Dekat Jokowi


Sementara itu, pakar komunikasi politik Hendri Satrio berpendapat salah satu yang harus dilakukan Airlangga untuk mendongkrak elektabilitas adalah menguatkan posisinya sebagai penyokong Presiden RI Joko Widodo.

"Menunjukkan kebersamaan yang semakin dekat dengan Jokowi, karena kalau Jokowi kinclong, Golkar kinclong juga," kata Hendri kepada CNNIndonesia.com.

Menurutnya, hal ini paling efektif sebab para pendukung Jokowi nantinya 'melirik' Golkar apabila Airlangga benar-benar memantapkan posisinya sebagai pendukung Jokowi. Apalagi, Golkar kini juga memastikan tetap mendukung Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

"Akan efektif karena imbas citra positif Jokowi ke Golkar," ujar Hendri.

Langkah lain yang dapat ditempuh Airlangga, adalah membenahi Golkar dari dalam dengan bersikap tegas kepada kader bermasalah hukum. Airlangga dinilai harus merevitalisasi kader kritis yang pernah dikeluarkan dari partai.

"Harus ada sanksi tegas seperti dikeluarkan. Kemudian yang selama ini mengkritik benar Golkar diajak kembali," ucapnya.


Nasib Elektabilitas Golkar di Tangan Airlangga

Langkah terakhir yang harus dilakukan putra menteri perindustrian era Orde Baru, Hartarto Sastrosoenarto, ini adalah mampu menunjukkan partai berlambang pohon beringin ini solid di bawah kepemimpinannya. Hal ini sempat disinggung Presiden Jokowi saat membuka Munaslub beberapa hari lalu.

Jokowi mengatakan, beberapa faksi besar jelas terlihat seperti yang dikuasai Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Akbar Tanjung, dan Luhut Panjaitan.

Jokowi menuturkan, ia sengaja blak-blakan untuk mengingatkan Golkar harus solid terutama jelang tahun politik mendatang pada 2018 dan 2019.

Kesolidan, kata Hendri, bisa dibentuk dengan memberikan posisi penting dalam dewan pimpinan pusat (DPP) dari setiap faksi yang ada.

Selain solid, hal itu nantinya menguatkan Airlangga sampai akar rumput. "Setiap faksi ada keterwakilannya di DPP. Jadi semua solid dukung Airlangga sampai 2019," kata Hendri.

(kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER