Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Jenderal Syafruddin memprediksi jumlah aksi teror pada tahun 2018 mendatang akan menurun.
Menurut Syafruddin hal tersebut tidak lepas dari keberhasilan kepolisian dan TNI yang bekerja sama untuk mengatasi aksi teror.
"Untuk 2018 prediksi aksi teror akan menurun," kata Syafruddin di kawasan Sudirman, Rabu (27/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tahun 2018 merupakan tahun politik, kata Syafruddin, hal itu tidak akan memengaruhi jumlah aksi teror yang akan terjadi.
"Itu tahun politik, bukan tahun teror," ujarnya.
Berkaitan dengan pengamanan menjelang perayaan tahun baru 2018, Syafruddin mengatakan, pengamanan tidak akan jauh berbeda dengan pengamanan perayaan Natal 2017.
Kepolisian, kata Syafruddin, akan bekerja sama dengan TNI untuk melakukan pengamanan perayaan tahun baru.
"Saya rasa lebih rawan Natal, tahun baru sama saja," ucap Syafruddin.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan aksi terorisme menjadi salah satu aksi yang diwaspadai dalam kegiatan Operasi Lilin Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.
"Persiapan tahun baru kami sudah siapkan namanya Operasi Lilin. Tadi saya sudah kumpulkan semua Kapolda, kerawanan yang utama yang kami waspadai adalah terorisme," kata Tito.
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri juga telah melakukan serangkaian penangkapan terduga teroris sebelum perayaan Natal dan Tahun Baru.
Puluhan terduga teroris terjaring dalam operasi penangkapan yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia dan Malaysia.
Tito menyatakan Polri telah mengambil langkah pencegahan serangan menjelang Natal dan Tahun Baru 2018. Pasalnya belum ada rencana serangan teror yang disusun oleh para pelaku terduga teroris tersebut.
"Kami lakukan langkah-langkah (pencegahan), namanya preemptive strike. Jadi kami mendahului, kelompok yang kami anggap potensial untuk beraksi, maka kami tangkap," kata Tito.
(ugo/gil)