Jakarta, CNN Indonesia -- Peta politik di ajang Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018 terbilang liar. Garis politik yang tadinya bergerak ke arah yang sudah direncanakan, tiba-tiba berubah secara dinamis dan cepat.
Pencabutan dukungan Partai Golkar terhadap Ridwan Kamil menjadi salah satu indikator. Setelah diceraikan Golkar, praktis tinggal tiga partai saja yang masih mendukung Ridwan Kamil, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai NasDem.
Penarikan rekomendasi Golkar utnuk Ridwan Kamil membawa angin segar bagi Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi --Ketua DPD Golkar Jabar yang sempat tak dilirik partainya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi berubah seiring pergolakan dan perubahan di internal Golkar. Berdasar hasil Munaslub disertai terpilihnya ketua umum baru, Airlangga Hartarto, Golkar kini resmi mendukung Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi pun bergerak cepat dengan menggaet Wakil Gubernur Jabar, Deddy Mizwar. Padahal, Deddy Mizwar sebelumnya diusung Demokrat, Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Dengan koalisi ini, Deddy Mizwar sedianya disandingkan dengan Ahmad Syaikhu.
Peta politik di koalisi pendukung Deddy Mizwar kontan berubah. PKS dan PAN kemudian berbelot ke Gerindra. Mereka sepakat berkoalisi di lima daerah, termasuk Pilgub Jabar. Koalisi ini kemudian mengusung Sudrajat-Syaikhu.
Peluang PDIP ke Ridwan KamilDi balik hiruk pikuk perubahan angin politik itu, PDIP tampak anteng mengamati dinamika Jabar. PDIP merupakan satu-satunya partai di Jabar yang dapat mengusung calonnya sendiri tanpa koalisi dengan partai lain. Dengan modal 20 kursi hasil Pileg 2014 lalu, PDIP sudah memenuhi syarat mengusung pencalonan 20 persen suara legislatif daerah.
Meski demikian, tak tertutup kemungkinan bagi PDIP merapat ke salah satu bakal calon, termasuk Ridwan Kamil yang sejauh ini belum menentukan bakal calon wakilnya.
"Salah satunya Kang Emil (sapaan Ridwan Kamil) karena kang Emil sejauh ini juga belum ada kepastian (siapa cawagub yang akan mendampingi)," kata Pengamat politik Universitas Padjadjaran Firman Manan kepada CNNIndonesia.com, Kamis (28/12).
Peluang itu terbuka jika kedua pihak membuka komunikasi. Apalagi setelah Ridwan Kamil dicampakan Golkar yang notabene pemilik kursi terbanyak kedua setelah PDIP di Jabar.
Meski demikian, Firman menilai Ridwan Kamil sampai saat ini belum menunjukkan gelagat untuk menjalin komunikasi dengan PDIP. Wali Kota Bandung itu kini masih terbilang fokus mempertahankan dukungan koalisi PPP, PKB, dan NasDem.
Jika pembahasan menemui jalan buntu, kata Firman, kemungkinan Ridwan Kamil berpaling ke PDIP cukup terbuka. Meski diketahui hubungan Ridwan Kamil dan PDIP sempat tidak harmonis. PDIP pernah berupaya menggandeng Ridwan Kamil, namun tak kunjung direspons.
"Awalnya memang PDIP memang berupaya untuk mengusung kang Emil tapi justru respon kang Emil tidak nampak," ujarnya.
Hitung-hitungan Ridwan Kamil belum berpaling ke PDIP diduga karena belum bisa melihat keuntungan yang bisa didapat. Sejauh ini, Ridwan Kamil melihat keuntungan itu masih ada pada PPP dan PKB. Sebab salah satu kelompok pemilih di Jabar merupakan kelompok regilius, bahkan pemilih Islam konservatif.
Kalaupun nantinya PDIP merapat dan Ridwan Kamil memilih cawagub yang diajukan oleh PDIP, kata Firman, maka bisa berakibat pada menurunnya potensi kemenangan di Pilgub Jabar.
 Peluang PDIP merapat ke Ridwan Kamil terbuka lebar. Sejumlah faktor bisa memungkinkan hal itu terjadi. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso). |
PPP atau PKB bukan tidak mungkin menarik dukungan seandainya Ridwan Kamil memilih calon pendampingnya dari PDIP. Meski elektabilitas Ridwan Kamil terbilang tinggi, kata Firman, pemilih dengan sentimen agama akan berpikir ulang memberikan suara jika PDIP ikut merapat.
"Saya melihat potensinya akan menurun, walau peluang masih tetap ada, karena segmen pemilih Islam akan beralih, misal ke pasangan Sudrajat-Syaikhu," kata Firman.
"Saya pikir itu juga jadi pertimbangan Kang Emil kenapa sampai hari ini belum menerima tawaran PDIP," ucap Firman.
Hitung-Hitungan Lain PDIP dan Ridwan KamilKetua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Muradi berpendapat hubungan PDIP dan Ridwan Kamil terputus karena dua hal.
Pertama, Ridwan Kamil tidak bisa menahan diri untuk mendeklarasikan diri sebagai cagub dengan Nasdem. Kedua, Ridwan merasa kurang nyaman dengan PDIP karena tidak dalam posisi 'diwongke'.
Lepas dari persoalan itu, Muradi melihat sebenarnya ada faktor kedekatan ideologi kuat antara PDIP dan Ridwan Kamil yang mengagungkan pemikiran Sukarno. Hal tersebut menjadi salah satu faktor kemungkinan PDIP bisa kembali membuka komunikasi dengan Ridwan Kamil.
PDIP akan merasa lebih nyaman untuk mendekatkan diri ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar mendatang dengan catatan, kata Muradi, partai-partai pendukung lain tak turut campur.
"PDIP lebih nyaman dengan kang Emil, ketika kang Emil dan tim di sekelilingya tidak terlalu
cawe-cawe, karena antara kang Emil dan PDIP punya kecocokan ideologis," tuturnya.
Berbeda dengan Firman, Muradi berpendapat bergabungnya PDIP mendukung Ridwan Kamil belum tentu bakal membuat PKB maupun PPP hengkang. Hal itu tak akan terjadi selama ada kesepakatan terkait dengan siapa cawagub pendamping Ridwan Kamil.
Menurut Muradi, ketika PPP dan PKB memilih hengkang justru akan menurunkan keuntungan politik bagi kedua partai. Sebab, keduanya baru bergabung dengan koalisi lain di saat-saat terakhir.
Di sisi lain, jika nantinya PDIP benar-benar bergabung mendukung Ridwan Kamil dan mengajukan nama cawagub, maka akan lebih baik PDIP mengajukan nama Puti Guntur Soekarnoputri. Dalam simulasi yang dilakukan PSPK, Ridwan Kamil akan bisa meraup pemilih Jabar jika berpasangan dengan Puti.
"Masalahnya PDIP ngasih atau enggak, kalau yang dikasih Anton (Charliyan) repot," ujar Muradi.
Jika Ridwan Kamil berpasangan dengan Puti, Muradi memprediksi sekitar 15-20 persen suara pemilih PDIP di Jabar nantinya akan mendukung Ridwan.
Setidaknya ada tiga faktor yang akan membuat para pemilih, khususnya yang memang setia dengan PDIP, untuk mendukung Ridwan Kamil jika berpasangan dengan Puti.
Pertama, Puti memiliki trah Soekarno. Kedua, dia merupakan kader PDIP. Ketiga, karena Puti merupakan figur perempuan.
"Puti juga memiliki integrasi politik yang bisa dikatakan politik zaman now, yang menyasar kelompok pemilih di bawah usia 40 tahun," tutur Muradi.
PDIP saat ini tengah mempertimbangkan tiga opsi untuk Pilgub Jabar. Opsi pertama adalah mengusung calon sendiri dengan syarat 20 kursi DPRD Jabar.
Opsi kedua adalah mengajak atau bergabung partai-partai lain. Dan opsi ketiga adalah memberi peluang kepada RIdwan Kamil dengan syarat pemimpin Kota Kembang itu membuka komunikasi dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri.
"Tapi tentunya opsi ketiga, kalau ada komunikasi dengan pihak RK," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Eriko Sutarduga, kemarin.
(osc/gil)