Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nasidik merespons pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Kantor PDIP, kemarin (4/1).
Di acara deklarasi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur empat provinsi PDIP, Hasto mengklaim partainya tidak mengeluh dalam menghadapi tekanan dan intervensi dengan membuat puisi maupun politik melodramatik.
Menurut Rachland, pernyataan Hasto tersebut menunjukkan sikap politikus gadungan yang kekanak-kanakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lewat pernyataan-pernyataan reaksionernya, ia sedang membawa PDIP ke dalam petualangan yang mempermalukan diri sendiri," kata Rachland dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (5/1).
Hasto sebelumnya menyebut partainya telah menempuh perjalanan panjang selama ini. Menjadi partai berkuasa sekarang, kata Hasto, PDIP juga pernah ditekan oleh kekuasaan pada masa orde baru, namun tidak pernah mengeluh.
“Kantor ini jadi saksi bagaimana 27 Juli 1996, kita diserang oleh kekuasaan otoriter. Di Surabaya, Desember 1993 dalam kongres PDIP saat itu di Sukolilo, diintervensi kekuasaan, menghambat ketua umum yang dapat legitimasi arus bawah untuk jadi ketua umum,” kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (4/1).
Rachland mengritik cara Hasto mengungkit peristiwa masa lalu yang dialami PDIP. Rachland menuding sejarah yang dialami PDIP telah digunakan sebagai pembenaran untuk konteks saat ini.
"Hasto membuat kita teringat pada ideologi Zionisme, yang menggunakan penderitaan bangsa Yahudi di masa lalu untuk membenarkan dan meminta dunia memaklumi opresi Israel terhadap bangsa Palestina," ujar Rachland.
Rachlan meminta Hasto menjelaskan posisinya ketika peristiwa 27 Juli terjadi. Dia mempertanyakan posisi Hasto apakah berada bersama para aktivis partai, mahasiswa dan warga, atau asyik mengurusi kariernya sendiri.
Rachland menilai Hasto omong kosong ketika menyebut PDIP dalam menghadapi skandal 27 Juli dengan cara "menyatu dengan rakyat".
Demokrat pada Rabu (3/1), menggelar rapat darurat untuk menyoroti ketidakadilan yang menimpa mereka di ajang Pilkada serentak. Demokrat mengklaim sejumlah kandidat di daerah yang hendak bertarung di pilkada, diusik lawan politik dengan cara menjegal lewat jeratan kasus.
"Perlakuan tidak adil dan sewenang-wenang tidak bisa dibiarkan, maka kami mengajak kader dan masyarakat agar tindakan tidak adil harus dihentikan," kata Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan.
Hasto, keesokan harinya, mengatakan PDIP tidak pernah mengeluh dalam menghadapi berbagai tekanan selama ini. “Kami tidak pernah membuat puisi hanya untuk dibelaskasihani. Kami tidak pernah membuat politik melodramatik seolah ada intervensi dari kekuasan” kata Hasto.
Hasto melanjutkan, ketika PDIP menempuh jalan kebenaran dan ditekan kekuasaan, maka yang dilakukan oleh Megawati sebagai Ketua Umum adalah menyatu dengan kekuatan rakyat.
“Berbeda dengan yang di sana, yang sedikit-sedikit mengeluh,” kata Hasto, tanpa menjelaskan lebih lanjut pihak mana yang dia maksud.
(gil)