Daoed Joesoef dan Rekam Jejak Anak Tiga Zaman

DHF | CNN Indonesia
Rabu, 24 Jan 2018 11:01 WIB
Daoed Joesoef meninggal dunia setelah merampungkan buku Rekam Jejak Anak Tiga Zaman (2017).
Mantan Mendikbud Daoed Joesoef, yang meninggal pada Selasa (23/1) malam. Ia pergi dengan keihklasan dari keluarga. (Foto: Dok. Kemendikbud via twitter.com (@Kemdikbud_RI))
Jakarta, CNN Indonesia -- Mendiang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978-1983) Daoed Joesoef disebut sebagai sosok yang konsisten dengan keyakinannya alias keras kepala. Ia pergi ketika orang-orang terdekatnya sudah mengucapkan kata 'ikhlas', Selasa (24/1) malam.

Bambang Pharmasetiawan, menantu almarhum, mengatakan, Daoed di mata keluarga adalah sosok yang tak tergoyahkan keyakinannnya.

Wujudnya bisa dilihat dalam hal konsistensi Daoed di dunia pendidikan dan kebudayaan. Tak hanya itu, dia juga keras kepala dalam hal kesehatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak 1999, Bambang melanjutkan, Daoed menderita penyakit jantung. Pada usia ke-73, jantung Daoed dipasangi ring. Namun, ia tetap berkarya di bidang pendidikan.

"Setelah itu, (Daoed) malah semakin produktif. Beliau menulis macam-macam buku," kata Bambang, saat ditemui di rumah duka, di Jalan Bangka VII Dalam Nomor 14, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (24/1).

Karya monumental Daoed yang membekas di benak Bambang adalah Emak (2003) dan Rekam Jejak Anak Tiga Zaman (2017). Kedua buku ini, lanjutnya, mencerminkan konsistensi Daoed di bidang pendidikan.

Buku Emak merupakan kumpulan tulisan setebal 408 halaman tentang ibundanya, Siti Jasiah. Sang Emak diketahui buta huruf latin, meski bisa membaca huruf Arab. Meski buta huruf, sang ibunda dengan segala upayanya berhasil membesarkan Daoed menjadi 'orang'.

Sementara, buku Rekam Jejak Anak Tiga Zaman adalah tulisan biografi tentang perjalanan hidupnya.

Setelah meluncurkan buku terakhirnya, suami dari Sri Soelastri itu mulai sakit-sakitan. Meski kondisinya makin lemah, ia bersikeras tak mau dibawa ke rumah sakit.

"Sangat konsisten dan terkadang keras kepala. Sulit sekali saya mengajak ke rumah sakit," ungkapnya.

Setelah dibujuk oleh semua keluarga dengan ragam cara, akhirnya Daoed, yang juga adalah ayah dari Sri Sulaksmi Damayanti, masuk ke Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Sabtu (20/1). Namun kondisinya tak kunjung membaik.

Hingga kemudian pada Selasa (23/1) malam, Bambang berpesan kepada anak laki-lakinya untuk berbisik sesuatu kepada Daoed yang tengah terbaring.

"Tolong bisikkan, 'kita semua sudah ikhlas'. Tidak berapa lama beliau (Daoed) sudah tiada," tuturnya. Daoed pun meninggal di usia 91 tahun.

Bambang mengatakan, almarhum akan disemayamkan di rumah duka hingga Rabu (24/1) siang. Setelah Salat Zuhur, jenazah akan disalatkan dan langsung dimakamkan di pemakaman Giri Tama, Bogor.

Di lokasi itu, kata Bambang, Daoed sudah memesan tanah kubur sejak beberapa tahun lalu untuk dirinya, istri, dan mertua perempuan. (arh/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER