Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar Ahmad Sadeli Karim mengaku khawatir, pidato Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menyatakan hanya dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam berperan dalam berdirinya negara Indonesia akan melahirkan tindak diskriminasi dari aparat kepolisian.
Dia lantas meminta Tito segera mengklarifikasi dan meminta maaf atas pernyataan tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman yang kemudian melahirkan tindak diskriminasi polisi dalam menjalankan tugas melindungi dan mengayomi masyarakat.
“Meminta klarifikasi dan maaf. Kapolri harus melindungi bangsa sebagai representasi pemerintah untuk lindungi bangsa, itu ada dalam UUD 1945, preambulenya. Harus seluruh bangsa ini dilindungi dan diperhatikan sehingga tidak diskriminasi,” kata Ahmad Sadeli kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Ahmad khawatir pidato Tito itu bisa mendiskriminasi umat beragama lain.
“Polri itu motonya melindungi dan mengayomi masyarakat seluruhnya. Jadi bukan hanya NU-Muhammadiyah, tapi seluruh ormas yang muslim dan nonmuslim,” ucap sosok yang merupakan senator asal Banten itu.
Mathla’ul Anwar adalah ormas yang berdiri pada 1916 di Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, oleh sejumlah kiai dan ulama di antaranya Kiai H. Tb. Moh. Sholeh, K.H.E. Moh. Yasin, Kiai Tegal, Kiai H. Mas Abdurrahman, Haji Abdul Mu’ti, Haji Soleman Cibinglu, dan Haji Daud.
Dari laman resminya, tujuan Mathla’ul Anwar adalah agar ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan masyarakat.
Mathla’ul Anwar salah satu ormas yang ikut berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang di zaman kemerdekaan. Kini, aktivitas mereka lebih terfokus ke bidang pendidikan.
Ahmad Sadeli menduga pernyataan Tito dalam pidatonya dilatari minimnya pengetahuan mengenai ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, ormas Islam yang ada di Indonesia memiliki basis kewilayahan yang berbeda-beda.
“Muhammadiyah dan NU memang besar, (tapi) ormas punya basis teritorial sendiri, NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Muhammadiyah di Yogyakarta dan Padang, Mathla’ul Anwar di Banten dan Lampung,” katanya.
Terpisah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah Abdullah Djaidi menolak berkomentar seputar pernyataan Tito.
“Kami dengar dahulu apa klarifikasinya dalam dialog dengan ormas Islam nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, Tito mengatakan, hanya NU dan Muhammadiyah yang berperan dalam proses berdirinya Indonesia di masa lalu. Ormas Islam lain justru disebut Tito kerap berupaya meruntuhkan Indonesia.
Pernyataan yang disampaikan Tito dalam sebuah pidato itu beredar lewat media sosial dan langsung mendapat protes keras dari Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain.
"Sikap dan pengetahuan Anda (Tito) tentang hal Ini sangat mengecewakan. Ada banyak Ormas Islam di luar NU dan Muhammadiyah yang ikut berjuang mati-matian melawan penjajah di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh sampai Halmahera," kata Tengku di akun facebook-nya.
(wis/djm)