Politisi PKS Duga Ada Keganjilan Penganiayaan Ulama Jabar

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Feb 2018 23:12 WIB
PKS menduga ada keganjilan dalam kasus penganiayaan yang dialami dua ulama di Jawa Barat dan meminta polisi mengusut kasus tersebut secara transparan.
Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini meminta polisi transparan dalam mengusut kasus penganiayaan ulama di Jawa Barat. ((CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini menduga ada keganjilan di balik kasus penganiayaan terhadap dua ulama di Jawa Barat. Ia meminta kepolisian transparan mengungkap motif di balik kasus tersebut.

Menurutnya, keganjilan terletak pada pelaku penganiayaan yang diklaim polisi mengalami gangguan jiwa.

"Agak ganjil memang jika dua peristiwa penganiayaan terhadap ulama ini kebetulan dilakukan oleh orang yang infonya sakit jiwa atau gila," ujar Jazuli dalam pesan tertulis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jazuli menuturkan, keganjilan itu semakin bertambah mana kala kedua korban yang dianiaya merupakan ulama, yakni pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Umar Basri dan Komandan Brigade PP Persis, Prawoto.

Keduanya dianiaya pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB usai melaksanakan salat Subuh di sekitar kediamannya masing-masing. Bahkan, Prawoto harus meregang nyawa akibat penganiayaan tersebut. Sementara Umar mengalami luka serius di bagian wajah.

Atas peristiwa itu, Jazuli tidak memungkiri ada keganjilan di balik kasus tersebut. Tak hanya itu, ia juga khawatir kasus tersebut akan menimbulkan instabilitas di masyarakat karena merasa saling curiga dan khawatir menjadi korban selanjutnya.

"Ini menimbulkan tanda tanya di benak masyarakat, apa yang sesungguhnya terjadi, kenapa kebetulan menyasar ulama kiai atau ustaz," ujarnya.

Meski khawatir dengan dampak kasus tersebut, Jazuli berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan isu yang tidak jelas. Ia meminta, masyarakat menunggu keterangan resmi dari pihak Kepolisian.

Pasalnya, ia menilai, masyarakat bisa terpecah akibat kasus tersebut karena kejadian terjadi jelang momen Pilkada.

"Dalam kasus-kasus seperti ini sering kali muncul pihak-pihak yang ingin memecah belah masyarakat sehingga menimbulkan instabilitas keamanan, apalagi saat ini dekat dengan momen politik atau pilkada," ujar Jazuli.
Lebih dari itu, ia mengaku prihatin dan berduka atas peristiwa yang menimpa Umar dan Prawoto. Ia mengatakan, keduanya seharusnya dimuliakan karena merupakan seorang ulama.

Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri dianiaya orang tak dikenal usai melaksanakan salat subuh pada Sabtu (27/1).

Dalam pengembangan penyelidikan, Polres Bandung menetapkan Asep (50) sebagai terduga pelaku. Namun, proses penyidikan Kepolisian menyatakan Asep mengalami gangguan jiwa.

Asep pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Jawa Barat selama periode 26 Juni-24 Juli 2017.

Belum genap seminggu, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) HR Prawoto juga menjadi korban penganiayaan hingga tewas. Sebelum penganiayaan terjadi, Prawoto baru selesai melaksanakan salat subuh.

Prawoto tewas dengan luka serius di sejumlah bagian tubuhnya. Ia tewas saat dilarikan ke RS untuk mendapat perawatan medis.

Terkait kasus itu, Kepolisian menetapkan AM dengan barang bukti sebilah besi yang diduga sebagai alat untuk menganiaya Prawoto.

Namun, Kepolisian kembali menyatakan, pelaku penganiaya Prawoto mengalami gangguan jiwa, sama dengan yang dialami oleh penganiaya KH Umar Basri.
(ugo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER