Tangerang Selatan, CNN Indonesia -- Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jendral Royke Lumowa menduga bus nahas yang kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, kemarin, sistem pengeremannya tak berfungsi dengan baik. Bus meluncur tak terkendali dan terguling sehingga menewaskan 26 penumpang dan seorang pengendara motor.
"Dari pengecekan kami sementara, ada kerusakan mekanis dari rem di bis itu. Terjadi gangguan di luar fungsi rem di roda kanan belakang," kata Royke usai mengunjungi korban yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang Selatan, Minggu (11/2).
Menurutnya, aliran hidrolik rem itu harusnya ada dua selang namun hanya tinggal satu selang saja. "Itu juga sudah tercabut," ujarnya.
Royke mengatakan bahwa penarikan kesimpulan akhir soal penyebab terjadinya kecelakaan bus itu menggunakan metode
Traffic Accident Analysis (TAA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan metode itu, petugas memeriksa detail terkait penyebab kecelakaan.
Menurutnya, hasil temuan sementara dari TAA itu akan dikaji terlebih dulu secara mendalam dalam dua hari kedepan.
Hasil TAA itu nantinya akan dikombinasikan dari pengumpulan barang bukti dan keterangan para saksi yang mengalami atau menyaksikan kecelakaan tersebut.
"Itu biar bisa dapat hasil yang mendalam dan komprehensif ya, kira-kira minggu ini hasilnya keluar," kata dia.
Royke juga mengatakan supir dan manajemen perusahaan bus nahas tersebut berpotensi bisa dijadikan tersangka bila ditemukan kelalaian manusia saat proses penyidikan menemui kesimpulan akhir.
Royke mengatakan bahwa faktor lain yang bisa menyebabkan kecelakaan di wilayah Tanjakan Emen tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi geografis dan geometri jalan yang perlu diperbaiki.
Menurutnya, jalanan disekitar tanjakan Emen butuh direvitalisasi melalui perluasan jalan untuk dibentuk jalur penyelamat.
Ia meminta agar pihak Perhutani dan Pemda setempat bisa melepas lahannya di sisi kiri jalan untuk perluasan jalan agar jalan tersebut meminimalisir kecelakaan terulang lagi.
"Kemiringannya geometris jalan perlu diukur lagi, bila ada lahan yg tersedia di sebelah kiri bisa dibangun jalur penyelamat, jadi bisa disiapkan oleh Pemda setempat atau Perhutani misalnya karena itu punya Perhutani," kata Royke.
(sur)