Jakarta, CNN Indonesia -- Tokoh Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menunda kepulangannya ke Indonesia, Rabu (21/2) karena sejumlah alasan. Salah satunya, karena maraknya penganiayaan terhadap ulama dan tokoh agama.
"Yang utama memang hasil istikhoroh, juga ada pertimbangan-pertimbangan lain, seperti kondisi tanah air yang semakin marak pembunuhan ulama, kemudian situasi politik juga semakin memanas," kata Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif di Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (21/2).
Kekerasan terhadap ulama dan pemuka agama terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Di Bandung, Jawa Barat Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persis HR Prawoto alias Ustaz Prawoto dianiaya pria yang diduga mengalami gangguan jiwa awal Februari silam.
Kemudian, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Karangasem Paciran, Lamongan, Jawa Timur Kiai Hakam Mubarok dianiaya oleh seorang pria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Slamet mengatakan Persaudaraan Alumni 212 akan menunggu kabar dari Rizieq langsung terkait kepulangan ke Tanah Air.
Diakui Slamet, Persaudaraan Alumni 212 meminta Rizieq agar pulang pada Rabu (21/2) dan bukan karena keinginan Rizieq.
"Selanjutnya kami akan tunggu sesuai keinginan beliau, kami paham sekali keputusan beliau adalah yang terbaik," kata dia.
Slamet tak memungkiri banyak umat yang kecewa atas penundaan kepulangan Imam Besar tersebut ke Tanah Air. Apalagi, banyak umat dan ulama yang datang dari luar daerah dan telah menabung dana sedikit demi sedikit untuk terbang ke Jakarta demi menjemput Rizieq Shihab.
"Tapi kecintaan terhadap beliau (Rizieq) telah menutup semua kekecewaan kami, ya saya yakin ada yang kecewa tapi rasa cinta terhadap HRS lebih besar dan bisa tutupi kekecewaan," kata dia.
(ugo/sur)