Jakarta, CNN Indonesia -- Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah kembali ke Indonesia setelah sepuluh bulan menjalani pengobatan mata kiri di Singapura.
Kepolisian menganggap kepulangan Novel dapat mempermudah komunikasi penyidik untuk menggali informasi pelaku penyiraman dalam teror air keras pada 11 April 2017 itu.
"Artinya kalau misalnya penyidik masih memerlukan informasi kami bisa melakukan pemanggilan misalnya yang bersangkutan masih mempunyai informasi yang belum disampaikan kepada penyidik, tentunya lebih memudahkan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Kamis (22/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya soal target penyelesaian kasus, Argo tak bisa menjelaskan secara rinci. Dia mengatakan target akan terpenuhi jika pihaknya telah memiliki bukti yang cukup dan keterangan saksi yang membuktikan pelaku penyiraman tersebut.
Argo mencontohkan banyak kasus yang mengalami kendala sehingga dapat diselesaikan dalam waktu hingga tiga tahun. Dia berkukuh masih banyak kasus yang ditangani oleh Polda Metro Jaya, dan tidak hanya penyelesaian kasus Novel.
"Yang penting kami bisa memenuhi mendapatkan saksi-saksi serta alat bukti dan kami bisa membuktikan ada pelaku," tuturnya.
Kesulitan PolisiArgo mengatakan dalam pengungkapan kasus penyiraman tersebut pihaknya juga memiliki kesulitan. Dia membeberkan kesulitan itu berada pada rekaman video pengawas (CCTV).
Dari rekaman CCTV itu, Argo mengklaim pihaknya telah memeriksa rekaman tersebut. Namun setelah diperiksa rekaman itu justru tidak menunjukkan gambar yang jelas.
"Misalnya sudah hasil CCTV setelah kami cek kami lihat ternyata tidak bisa, tidak jelas, kesulitan bukan? Sudah kami minta bantuan Australia ternyata tidak jelas di situ, kemudian kami mencari CCTV di radius 500 meter rumah korban, semuanya satu persatu setelah kami tanya ke pemilik CCTV, kadang-kadang CCTV tidak bisa merekam," tutur Argo.
Selain itu polisi pun menyediakan saluran telepon siaga (
hotline) bagi warga yang memiliki informasi soal dugaan pelaku penyiraman air keras kepada Novel. Namun, sambungnya, pun ada kesulitan tersendiri. Dia mencontohkan informasi simpang siur yang kadang diberikan masyarakat. Selain itu juga masyarakat yang tidak bisa lagi dihubungi setelah memberikan informasi.
(kid/gil)