ANALISIS

Tito, Ustaz Somad, dan Strategi Cegah Konflik Tahun Politik

DHF | CNN Indonesia
Selasa, 06 Mar 2018 17:13 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah meminta ustaz Abdul Somad menjelaskan cara mencegah konflik agar krisis di Timur Tengah tidak terjadi di Indonesia.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta ustaz Abdul Somad menjelaskan cara mencegah konflik agar krisis di Timur Tengah tidak terjadi di Indonesia. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghadiri acara dakwah di Masjid Az Zikra Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Minggu (4/3) malam.

Tito mengenakan baju koko dan syal putih beserta peci hitam. Ia mendengarkan ceramah ustaz Abdul Somad, sambil duduk bersanding dengan Arifin Ilham selaku pimpinan Majelis Dzikir Az Zikra.

Pada kesempatan itu, Tito bertanya kepada Somad tentang kemungkinan terorisme di Timur Tengah terjadi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apakah kemungkinan konflik seperti di Suriah, Afganistan itu bisa terjadi di Indonesia, bagaimana kita bisa mencegahnya, bagaimana kira-kira khususnya kepolisian dapat mencegah itu," tanya Tito dalam dakwah yang juga disiarkan di salah satu stasiun televisi tersebut.


Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan Kapolda Metro Jaya itu, Somad sedikit menyinggung hubungan antara umat Islam dan Polri yang renggang beberapa waktu lalu.

"Alhamdulillah saat ini kita bisa duduk bersama, jika ada percikan maka cepat diselesaikan. Salah satu yang kita lakukan adalah tabayun," kata Somad.

Menjawab pertanyaan Tito, Somad mengatakan apapun bisa terjadi di Indonesia. Karena itu, dia mengingatkan agar masyarakat perlu tabayun, termasuk ketika menerima kabar yang belum jelas kebenarannya.

Somad juga mengingatkan agar umat Islam melakukan proses klarifikasi saat menerima informasi dan tidak menyebarkan hoaks.

Pertanyaan Tito dan jawaban Somad sontak menarik perhatian publik. Dialog mereka terkait terorisme menjadi perbincangan.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridwan Habib menilai pertanyaan itu sebagai upaya Polri meminta pemuka agama menjelaskan tentang pencegahan konflik. Tito seolah meminjam mulut Somad sekaligus ingin menunjukkan bahwa Polri tidak anti-Islam.

"Ketika ustaz Abdul Somad sudah menerima beliau (Tito Karnavian) dengan baik, beliau kemudian kemarin mengirimkan sinyal positif bahwa ternyata Kapolri dan Polri tidak anti-umat Islam," ujar Ridwan kepada CNNIndonesia.com, Senin (5/3).


Ridwan berpendapat pertanyaan Tito itu sekaligus untuk menekan kelompok garis keras dan teroris yang berpotensi membuat konflik di Indonesia. Menurut Ridwan, Tito sedang 'meminjam mulut' Somad untuk menyampaikan pesan ini.

Menurutnya, yang bisa menghentikan kelompok teroris untuk menghasut umat Islam di Indonesia bukanlah kebijakan pemerintah maupun penangkapan secara masif oleh Polri. Imbauan dari para pemuka agama dianggap lebih efektif membendung terorisme.

"Dengan harapan umat Islam menjadi tenang dan tidak mau ikut-ikutan agenda kelompok kecil yang hanya satu persen dari populasi umat Islam Indonesia," imbuhnya.

Tito 'Pinjam Mulut' Abdul Somad demi Bendung KonflikUstaz Abdul Somad saat berdakwah di Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Tito memang tak asing dalam mengatasi persoalan terorisme. Ia cukup memiliki rekam jejak yang bersinggungan dengan bidang pemberantasan terorisme.

Tito tercatat pernah menjabat Kepala Densus Antiteror pada 2009 dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016. Ia juga pernah meringkus tokoh teroris, seperti Azahari Husin pada 2002 dan Noordin M Top pada 2009.

Tito dianggap cekatan menangani kasus terorisme yang menyita perhatian publik nasional maupun internasional seperti tragedi bom Thamrin pada 2016 saat menjadi Kapolda Metro Jaya.

Modal Sosial di Tahun Politik

Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menyebut isu anti-terorisme berpotensi digunakan Tito sebagai modal menghadapi tahun politik 2019.

Ubedilah menilai, Tito sedang dalam upaya meraih dukungan umat Islam melalui pertanyaan yang disampaikan ke Somad.

"Bisa ditafsirkan sebagai bentuk cara Pak Kapolri memperluas modal sosial menghadapi tahun politik," kata Ubedilah kepada CNNIndonesia.com.


Ubedillah melihat, sebagai petinggi Polri, Tito memiliki kans melaju menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden. Cara pendekatan ke kelompok Islam bisa menjadi langkah memuluskan jalan Tito ke panggung politik.

Ia juga menilai isu anti-terorisme bakal digunakan Tito sebagai senjata utama meraih modal sosial. Pasalnya dengan isu ini, Tito tak hanya mampu meraih dukungan kelompok Islam moderat, tetapi juga dukungan internasional.

"Kemungkinan kalau maju ke arena politik, dia dapat dukungan internasional, salah satunya Amerika Serikat yang mengusung anti-terorisme pasca-WTC," ujarnya. (pmg/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER