Jakarta, CNN Indonesia -- Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat yang dihelat akhir pekan lalu ditutup tanpa kejutan berarti. Tidak ada deklarasi pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bakal diusung partai tersebut tahun depan.
Demokrat juga tidak mendeklarasikan dukungan kepada Joko Widodo yang dipastikan bertarung di Pilpres 2019 atau calon kandidat dari Gerindra, Prabowo Subianto.
Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memilih menutup Rapimnas Demokrat dengan menebar janji politik yang akan diwujudkan bila kelak Demokrat memenangkan kontestasi Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan kejutan dalam pidato politik yang dijanjikan sebelumnya, ternyata tak keluar dari mulut AHY di pengujung Rapimnas.
Pengajar di Departemen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Firman Manan menilai Rapimnas Demokrat yang berakhir antiklimaks itu tak lepas dari sosok AHY yang menurutnya masih hijau di panggung politik.
Dia menduga Demokrat berusaha tidak sembrono menyodorkan mantan Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kemuning tersebut sebagai capres mengingat calon lawannya adalah Jokowi dan Prabowo.
"Betul untuk 2019 AHY belum cukup kuat untuk kompetisi dalam level capres. Berhadapan dengan sosok presiden yang sudah pengalaman lima tahun dan punya jejaring poltik," Firman saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, Senin (12/3).
Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono berjabat tangan dengan Presiden RI Joko Widodo saat Rapimnas Partai Demokrat 2018 di Sentul, Bogor, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya) |
Hal lain yang membuat Rapimnas Demokrat tidak menghasilkan keputusan signifikan, menurut Firman lantaran partai itu masih menunggu perkembangan kemungkinan membangun poros ketiga bersama PAN dan PKB.
"Selama belum bertemu titik bagaimana kemungkinan koalisi memenuhi 20 persen (syarat mengusung pasangan capres dan cawapres) serta kemudian bentuk kesepakatannya seperti apa, saya kira tidak akan ada partai yang mendeklarasikan diri ya, terutama partai seperti Demokrat," ujarnya.
Firman menyarankan Demokrat tetap melanjutkan wacana pembentukan poros ketiga dibandingkan bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi atau Prabowo. Dan posisi AHY, lanjut dia, sebaiknya ditempatkan sebagai cawapres bukan sebagai capres.
 Agus Harimurti Yudhoyono (tengah) memutuskan keluar dari TNI untuk terjun ke politik dan bersaing dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
AHY Pendulang Suara PilegPengusungan AHY sebagai cawapres, menurut Firman, akan membantu Demokrat yang tengah berupaya menambah jumlah suara dibandingkan di Pemilu 2014 silam yakni 10,19 persen.
SBY dalam pidatonya di Rapimnas mengakui melorotnya suara partai lantaran banyak kader terjebak kasus korupsi.
Firman meyakini faktor korupsi itu tak akan berpengaruh besar di Pemilu 2019 karena tak ada kader Demokrat yang menduduki posisi strategis di pemerintahan Jokowi. Kata Firman, kondisi itu otomatis membuat peluang melakukan korupsi semakin kecil.
"Kalau korupsi, praktis karena demokrat tidak dalam
ruling party tentu kasusnya tidak banyak. Masalah itu relatif tidak terlalu panjang apalagi memori pemilih tidak terlalu panjang," katanya.
(kid/wis)