Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) mengaku bersyukur namanya masuk dalam bursa calon wakil presiden di Pemilu 2019. Namun ia masih malu-malu untuk menyatakan kesiapannya untuk jadi salah satu kandidat.
"Tidak ada yang mengatakan saya tidak siap, tapi itu kan masih berupa wacana yang berisi harapan baik, ya, disyukuri saja. Alhamdulillah," kata TGB kepada CNNIndonesia.com kemarin.
"Ke mana wacana itu akan bergulir, ya nanti hanya waktu yang menjawab," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama politikus Partai Demokrat ini masuk dalam bursa cawapres bersanding dengan nama lain yang sudah lebih dulu populer seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Gatot Nurmantyo dan Mahfud MD.
Lembaga Survei LSI Denny JA mencantumkan TGB dalam kluster bursa cawapres dari kalangan Islam. Ia dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar memiliki elektabilitas masing-masing 13,9 persen dan 32,4 persen.
Demokrat yang menjadi tempat bernaung TGB juga tak menutup kemungkinan menyodorkan anggota Majelis Tinggi partai berlambang mercy ini sebagai cawapres selain AHY.
TGB pun mengaku sudah berkomunikasi dengan internal Demokrat. Namun ia belum dapat memastikan partainya bakal secara resmi memasukkan namanya dalam bursa cawapres.
"Statement resmi dari ketua umum, kan, belum ada penetapan kepada siapapun. Jadi, ya, lihat ke depan seperti apa," ujar TGB.
Lebih lanjut, TGB menyatakan belum menerima pinangan dari partai manapun untuk dijadikan sebagai cawapres. Tetapi ia tak menampik sudah bersilaturahmi dengan sejumlah elite partai lain.
Dalam silaturahmi itu TGB mengaku sebatas membicarakan persoalan kebangsaan, bukan bursa cawapres. "Saling meneguhkan komitmen bahwa Indonesia ini butuh segera membuang kecurigaan satu sama lain," kata dia.
Pemilu Presiden 2019 diprediksi akan kembali menampilkan pertarungan antara petahana Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Belakangan muncul wacana kemungkinan munculnya Poros Ketiga. Demokrat, PKB, dan PAN disebut-sebut menjadi penentu terbentuknya Poros Ketiga.
TGB menyerahkan sepenuhnya pembentukan Poros Ketiga kepada para pimpinan partai yang bersangkutan. "Tapi intinya semua poros itu demi kebaikanlah, karena, kan, semua menawarkan visi untuk Indonesia," ujar TGB.
(sur)